Dua tahun sudah berlalu, kala pilkada DKI Jakarta telah menyita perhatian Indonesia. Sosok Jokowi-Basuki muncul menawarkan gebrakan perubahan. Meski terlihat hanya sebuah retorika awalnya, tapi kerja nyata keduanya mampu membuktikannya. Perbedaan partai politik tak membuat mereka saling mengusik. Jokowi dan Ahok mengerti, bahwa untuk membangun ibukota, Jakarta memerlukan "orang tua" yang lengkap. Karenannya mereka berdua selalu terlihat kompak dengan masing-masing yang saling menjaga sikap. Perbedaan pendapat tentu sering terjadi.
Translate
Minggu, 31 Agustus 2014
Sabtu, 30 Agustus 2014
Kenaikkan Harga BBM
Kenaikkan harga BBM kini jadi topik paling banyak diperbicangkan. Semua sibuk membahas dan berbalas opini di warung kopi. Ada yang pro, ada yang kontra. Pemerintah yang lama dilema, memilih antara meninggalkan kesan buruk di akhir jabatan atau meringankan beban sang suksesor di masa depan. Sedangkan pemerintahan yang baru tak ingin di awal masa pemerintahannya terganggu dengan adanya ribuan mahasiswa yang unjuk rasa di Istana Merdeka. Segala usulan tentang alternatif penyelesaian harus dipertimbangan. Pemerintahan transisi harus mengeluarkan kemampuannya melobi-lobi agar kesepakatan bersama dapat tercipta. Sebulan kedepan adalah penentuan jalannya pemerintahan lima tahun kedepan. Rakyat Indonesia bosan menyaksikan drama yang mengatasnamakan kepentingan bangsa. Kalaupun BBM harus naik, seharusnya bukan hanya rakyat miskin yang makin tercekik. Para pejabat juga harus ikut prihatin. Tunjangan-tunjangan tak penting sebaiknya dikurangi. Dengan begitu rakyat bisa merasakan langsung adanya aplikasi dari sila kelima. Yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Duduk Di Sampingku
Jum'at 29 Agustus, akan selalu jadi hari bahagia yang akan kuingat selamanya. Penyebabnya sederhana, yaitu kamu yang menghampiriku dan duduk disampingku. Corel draw ternyata anugrah bagi kita. Karena tanpanya aku tak bisa berbicara dan memandangimu dengan leluasa. Tapi ternyata, aku tak sanggup berlama-lama. Aku tak bisa menahan gejolak hatiku dengan kamu tepat disampingku. Aku jadi salah tingkah karena memilih antara bersikap biasa atau mencoba mengirim sinyal cinta. Akhirnya aku memilih pergi dan menenangkan diri. Mungkin ini yang namanya mati gaya. Bingung mau apa dan bagaimana. Aku berharap rasa sukaku padamu tidak terlalu ketara. Dengan begitu aku bisa meminta bantuanmu dengan bebas leluasa. Semua harus seperti biasa dan mengalir apa adanya. Aku tak ingin kamu peka dan dampaknya jadi ada rasa canggung diantara kita. Aku tak ingin itu terjadi, karena dari hati dan logika, itu jauh lebih menyiksa.
Sabtu, 23 Agustus 2014
Keputusan MK dan Gantengnya Hamdan Zoelfa
Kamis, 21 Agustus kemarin mungkin akan menjadi salah satu hari yang akan selalu di ingat masyarakat Indonesia berpuluh-puluh tahun kedepan. MK, dengan sembilan hakimnya, udah memutuskan kalo Jokowi-JK lah yang memenangkan pilpres. Dan dengan ditolaknya seluruh gugatan Prabowo, maka nggak akan ada PSU apalagi pemilu ulang. Bagi Fadli Zon dkk, gue saranin buat deketin Prabowo. Siapa tau dapet jackpot di lempar Iphone S5 atau Samsung AC+.
Menurut gue, kemarin itu bener-bener hari yang menegangkan sekaligus menakutkan. Temen-temen gue di sekolah pada di himbau sama orang tuanya biar pada pulang secepatnya. Banyak ortu temen-temen gue yang khawatir akan ada demontrasi besar-besaran yang berakhir kerusuhan. Dan bener aja, ketika gue pulang dan nonton tv, hampir semua stasiun tv nayangin aksi-aksi unjuk rasa di seluruh titik di ibukota. Takut juga sih. Tapi yang kayak gini kan adanya cuma lima tahun sekali, jadi ya harus dinikmatin. Mungkin bener kata orang, pilpres 2014 itu unik dan beda. Persaingannya bener-bener ketat sehingga masing-masing pendukung belain jagoannya mati-matian. Tapi syukurnya, sejauh ini suasana tetap tenang dan aman karena kedua pihak menerima keputusan akhir MK dengan baik.
Ketika keputusan MK tentang sengketa pilpres dikeluarin, ada satu hal yang gue sesalin. Bukan terkait siapa yang menang dan jadi presiden, tapi karena gue dan ribuan kaum hawa lain di nusantara dari Sabang sampai Merauke, nggak akan bisa lagi melototin Hamdan Zoelfa, Ketua MK yang ganteng bin kece badai. Alisnya yang tebel dan tatapannya itu lho yang nggak nahan. Pantes aja saksi-saksinya pada grogi, kalo gue sih pasti meleleh diliatin intens gitu sama pak Hakim.
Gara-gara Pak Hamdan Zoelfa yang kece, gue jadi selalu pengen cepet-cepet sampai rumah tiap pulang sekolah. Kan lumayan belajar politik sekalian cuci mata. Awalnya, jujur, gue nganggep Prabowo lebay pake ke MK segala. Tapi ternyata selalu ada hikmah dibalik segala sesuatu, kan. Misteri Tuhan siapa yang tahu. Kalo bukan karena Prabowo, mana mungkin gue tau kalo ternyata Indonesia punya Ketua MK yang ganteng banget. Udah cakep, pinter, berwibawa, bijaksana lagi. Salut deh sama Pak Hakim. Semoga kedepan Pak Ketua MK yang kece badai tetap amanah ya mutusin sengketa-sengketa lainnya. Jangan kayak yang sudah-sudah ya Pak, ujung-ujungnya malah silahturahmi sama Abraham Samad di gedung KPK. Selamat bekerja Pak Hamdan Zoelfa. :)
Jumat, 22 Agustus 2014
Optimisme dan Kenyamanan Kamar
Menjalani hari tanpa kejutan adalah hal yang sangat biasa bagi sebagian orang. Waktu terus berlalu, berjalan dan tak sedikit yang terbuang. Aku sering berfikir, tentang awal dan akhir yang gelap tak terjawab. Mungkinkah sorot lampu pertunjukan kehidupan membuat seseorang menjadi pemeran utama di opera hidup banyak orang? Seperti yang diketahui, daya pikat optimisme mampu menjadi bahan bakar euforia dan semangat juang meledak-ledak. Memang cenderung mendadak, tapi didalamnya ada esensi pantang menyerah yang terarah. Tetap semangat merupakan ciri khas yang melekat, terlebih jika diimbangi idealisme dalam diri untuk menjadi sesuatu yang lebih berarti. Aku si Nona Muda kini berada di titik tertinggi percaya diri. Tolong bantu aku melangkah agar tak salah arah. Jika lalai, bantu aku bangun agar tak lalai dan terbuai. Bagaimanapun juga, aku hanyalah Nona Muda yang selalu ingin menciptakan kenyamanan di bilik kamarnya yang sederhana.
Rabu, 20 Agustus 2014
Ingin Jadi Balita
Sebagai remaja pada umumnya, aku tak tahu apakah aku siap menjalani masa depan. Ramalan, tafsiran dan bakat yang belum ditemukan masih menjadi misteri yang pemecahannya belum kuketahui. Pikiranku belum stabil. Aku tak tahu keputusan apa yang sebaiknya kuambil. Pertimbangan saran dan masukan teman mungkin bisa menjadi opsi bagiku untuk mencari identitas diri. Kamu tahu, ketakutan terbesarku adalah hidup sengsara dimasa tua. Dan pengalamanku sejak kecil yang berjibaku dengan hidup seadanya, tidak membuatku siap untuk kembali menjalaninya. Saat ini, masalah yang paling urgensi untuk kutangani adalah memilih jurusan antara yang ku sukai dan yang sebaiknya ku kuasai. Aku takut kesalahanku memilih jurusan akan menggantungkan masa depanku di tiang kegagalan. Dan berakibat impianku yang masih remang-remang, tiba-tiba suram dan menghilang. Kamu tahu, kegalauanku menjadi remaja membuatku merasa tak ingin menjadi dewasa dan tua. Aku ingin untuk tetap menjadi balita, yang tak perlu cemas dengan masa depannya.
Senin, 18 Agustus 2014
Cinta Yang Sama
For Mr. C,
Tiga tahun ini, aku berada dalam bayang-bayang semu antara harapan dan ketidakpastian. Sesuatu tentang kamu membuatku berkukuh walau rapuh. Aku adalah payung tempatmu berlindung, dan semakin lama citraku tentang kita, semakin gila dan tak ada habisnya. Kamu dan dia adalah suatu kepastian saat ini, walau hatiku mengutuk iri. Aku hanya pengukir mimpi yang takut berimajinasi. Imajinasi yang kelam kala kusadar bahwa bukan akulah tempatmu bersandar. Kita memang tak mungkin bersahabat apalagi lebih dekat. Kamu tahu, bukan karena aku sombong untuk menyapa dan tertawa bersama. Tapi lebih karena aku tak sanggup menciptakan kata yang mampu mengisi ruang antara kita. Biarlah aku menjadi seperti ini, C. Tak ada yang perlu disesali. Biar aku mencintaimu dalam diam dan berharap akan ada suatu keajaiban. Aku tak terlalu berharap cintaku akan berakhir bahagia selamanya seperti dalam romansa. Tapi, kuakui bahwa tak ada yang lebih membuatku bahagia dibanding cinta yang sama dari orang yang dipuja.
Bantu Ahok Genggam Erat Niat Baiknya
Akhir-akhir ini, gue jujur aja, gue kurang nyaman dengan beberapa statementnya Ahok. Ahok bilang hari ini kalau Pak Jokowi itu selalu memberikan dia kepercayaan besar. Bahkan dari dulu pun, kata Ahok, Ahok udah sering memimpin rapat dan memutuskan sendiri kebijakan-kebijakan Pemprov DKI. Bagi Pak Jokowi mungkin biasa-biasa aja. Tapi menurut gue, Ahok itu sekarang mulai menonjolkan dirinya di atas bosnya, yaitu Pak Jokowi. Apalagi Ahok juga buat pernyataan kalau selama ini dia berada dalam bayang-bayang Pak Jokowi dan seolah-olah mengganggap kalau keberhasilan Pak Jokowi selama ini ga lebih cuma pencatutan nama Pak Jokowi atas ide dan kebijakan-kebijakan Ahok.
Gue cuma khawatir aja sih sebenernya tentang gejala-gejala yang mungkin mengindikasi kalau Ahok mungkin ingin segera menjadi orang nomer satu di DKI. Gue takut aja kalau penyakit-penyakit gila jabatan dan kekuasaan udah mulai bersarang di Ahok. Ya, gue care sama Ahok. Gue ga pengen dia terjelembab di jurang hitam gara-gara kenikmatan sesat.
Dari awal gue udah sadar kalau Ahok itu lebih to the point dalam urusan-urusan politik ketimbang Pak Jokowi. Ada motivasi kuat dalam diri Ahok untuk mendapatkan jabatan dan kekuasaan yang lebih tinggi. Ahok orang baik, gue yakin itu. Dia punya niat tulus untuk memperbaiki kebobrokan sistem birokrasi saat ini dengan kolusi, korupsi dan nepotisme yang kian menjamur. Dia ingin membangun bangsa ini menjadi lebih baik, dengan gebrakan-gebrakan dan ide-ide inovatif yang kadang mungkin kita ga pernah kita pikirin. Ahok cinta Indonesia, dan karenanya kita mesti bantu dia untuk tetap menggenggam erat niat baiknya.
Memilih Teman
Berteman dan membina hubungan yang baik dengan sesama manusia lainnya, merupakan suatu proses alamiah yang pasti dan memang diperlukan setiap individu. Tak bisa dipungkiri, kebutuhan secara sosiologis dan membentuk suatu struktur masyarakat menjadikan setiap individu melakukan hal-hal tertentu sesuai norma dan hukum yang berlaku.
Tapi, secara naluriah setiap individu pasti mempunyai kriteria-kriteria tertentu tentang individu lain yang bisa bekerja dan bekerja sama dengannya. Disinilah kita, sebagai individu, diharapkan menyadari pentingnya ‘modal’ kita dalam memulai, membina dan mempertahankan suatu hubungan. Sangat penting, bagi seorang individu, untuk mengenal pribadi individu lainnya yang menurutnya cocok dan sehati. Peranan psikologis berupa keyakinan tentang kebaikan-kebaikan individu lainnya memang dominan dalam proses seleksi ini. Tapi, diperlukan sikap kritis dan ingin tahu bagi seorang individu dengan memaknai lebih jauh ungkapan, “Jangan menilai buku dari sampulnya saja.”
Sebagai seorang individu, kedekatan-kedekatan secara personal seringkali membiaskan perspektif kita tentang perilaku individu lain yang dikenalnya. Seorang individu faktanya lebih sering menggunakan sudut pandang yang subjektif terlebih pada hal yang bersifat kekerabatan. Kita semua tahu, kalau hal itu adalah kodrat Tuhan. Tapi sebaiknya, kita mengurangi hal-hal tersebut terlebih yang menyangkut kemaslahatan dan kepentingan orang banyak.
Karena itulah kita harus menyadari, memilih teman-teman merupakan bagian penting bagi proses membina persahabatan dan kemasyaratan. Memilih teman disini bukan berarti membeda-bedakan berdasarkan suku, agama, ras maupun antargolongan (SARA). Akan tetapi memilih teman-teman yang akan membantu kita menjadi bagian dari kesatuan masyarakat yang utuh tanpa mengurangi objectivitas kita dalam memutuskan antara yang baik dan buruk, yang benar dan yang salah.
Menjadi dan Mempunyai Secret Admirer
Urusan suka-sukaan itu pasti sering dialamin banyak orang. Khususnya pasti dialamin semua abege labil dari sabang sampai merauke. Banyak kode-kode yang bertebaran di sosmed dengan tujuan modus. Dan hasilnya, ada yang suka (cinta) yang berakhir suap-suapan seminggu kemudian. Tapi ada juga yang cuma bisa makan tiang gara-gara si doi pacar orang. Iya bener, itu gue T_T
Gue udah tiga tahun suka sama si doi. Iya, itu si doi pacarnya si curut. Si doi yang gitu deh pokoknya. Yah sebenernya si doi ga cakep-cakep amat. Tapi namanya suka, ya mau gimana.
Menjadi secret admirer itu terkadang emang bikin kesel sendiri. Terutama ketika lihat twit alay sayang-sayangan si doi sama si curut. Pake foto profil berdua-duaan segala lagi. Kalau udah kayak gitu, gue tiba-tiba jadi pengen bakar menyan.
Tapi sebenarnya jadi secret admirer itu ga ngenes-ngenes amat. Gue ga mencoba menghibur diri sendiri lho ya. Ini beneran. Lho-lho pada ga usah sedih apalagi sampe pengen bunuh diri gara-gara si doi yang lu suka ga merespon lu sama sekali. Si doi mungkin aja emang dari sononya wataknya begitu.
Sebagai seorang secret admirer, lu pada wajib ngerti semisal si doi ga ngerespon lu balik. Apalagi kode-kode lu selama ini terlalu samar dan dia menganggap lu selama ini biasa-biasa aja sama dia. Gue rasa si doi sadar sih kalau ada yang tertarik sama dia. Si doi tau kalo ada orang yang selalu curi-curi pandang sama dia. Tapi dia nggak tau siapa orangnya. Jadi si doi ya bersikap biasa-biasa aja.
Sebenernya gue juga ngerasa kalau beberapa hari ini ada yang mencoba ngamatin gue. Gue tapi bilang sama siapa2 sih. Males banget cerita-cerita, ntar dikira gue kepedean lagi. Gue udah mencoba ngamatin orang-orang yg sekelas sama gue. Gue berharap sih si doi yang tiba-tiba peka. Tapi kayaknya bukan. Doi masih sama.
Dan akhirnya, ada temen gue si dudul, dia bilang sama gue kalo ternyata ada temen sekalasnya pas kelas XI yang dari dulu waiting gue. Tapi gue ga bilang apa-apa sih sama si dudul. Gue juga males ngorek-ngorek info siapa identitas secret admirer gue. Gue pengen nyari tahu sendiri info si entah-siapa-itu. Tapi yah, gue masih belom nentuin sikap gue selanjutnya.
Quotes of Nona Muda 3
Kegembiran politik yang tengah dirasakan seluruh partisipan karbitan ternyata tak mampu menembus benteng kekhawatiran orang sekaliber Basuki Tjahaja Purnama. Lebih dari sisi ceplas-ceplosnya, Ahok tak mampu menutupi rasa kehilangannya ketika pemimpin yang selalu membelanya meninggalkan dia sendirian di balaikota. Joko Widodo biar bagaimanapun telah mengambil simpatik dan rasa hormatnya. Jokowi telah menjelma menjadi salah satu dari sedikit tokoh yang dapat dia percaya. Ahok hanyalah manusia biasa. Dia tahu, sangat sulit bertemu lagi dengan orang yang dapat mengambil hatinya dan memaksanya bekerja sama membangun kota Jakarta..
Mereka Yang Menyerang Nggak Lihat Lebaran
Seinget gue, kamarin itu baru lebaran deh kayaknya. Tapi kok ya, masih gencar aja akun-akun penyebar isu beritain apa aja yang negatif dari salah satu capres. Pilpres udah selesai kali, KPU juga udah ketuk palu. Kecil kemungkinan hasil berubah walaupun MK juga ikut turun tangan nanganin sengketa. Siapa yang menang, siapa yang kalah kayaknya udah pada tau semua. Walaupun masih ada yang ngeyel dan ngotot, toh itu cuma segelintir. Gue yakin, hati kecil mereka sebenarnya tahu dan ngaku siapa sebenarnya yang menang. Tapi kalo ego dan gengsi udah ikutan, ya mending loncat gedung deh daripada ngaku kalah.
Sedikit-banyak gue jadi kena imbas, berita-berita buruk yang nyerang pak Jokowi. Gue sebagai loyalis tentu nggak terima dong, kalo idola gue dihina dan diledekin sana-sini. Pak Jokowi sebenernya salah apa sih sama mereka-mereka yang sepenuh hati membencinya. Dia orang baik. Gue tau itu. Dia nggak mungkin seperti yang dituduhkan para haters selama ini.
Keyakinan gue tentang kebaikan dan ketulusan hati pak Jokowi nggak semata-mata nge-fans tanpa ngeliat track record. Gue cukup mendalami kinerja dia sebagai walikota Solo dan sebagai warga setengah-depok-setengah-DKI gue merasa terbantu sama kinerja dia sebagai gubernur. Gue lebih memilih men-support dia daripada membenci dia. Jangan salah, gue punya alasan untuk benci dia. Adik gue salah satu korban diperketatnya anak Depok yang pengen sekolah di Jakarta. Otonomi daerah, katanya. Nggak masalah, keluarga gue ngerti kalo mungkin beliau ingin memajukan daerahnya.
Bergaul dilingkungan Prahara, gue dan keluarga gue seperti kaum minoritas. Nggak bisa cerita dan saling sharing sama temen dan tetangga gara-gara beda nomor urut pilihan. Daerah rumah gue itu basis PKS sama PAN. Ya, lo pada bisa bayangin sendiri gue bisa disemprot sana-sini kalo cerita Jokowi. Silent is gold. Harus pake taktik bawah tanah. Nggak usah menggebu-gebu, yang penting nyoblos di balik tirai TPS. Hehe xD
Jokowi Ahok... Mereka Saling Mencintai
Selama liburan, gue bener-bener kena sama yang namanya demam pilpres. Sibuk sendiri kalo capres jagoan gue, dihina, diejek apalagi difitnah. Tiap hari selalu apdet berita-berita terbaru, trus saling sharing deh sama Ibu. Untuk soal copras-capres, kali ini gue sehati sama Ibu gue. Sama-sama suka capres yang baik hati, rajin menabung dan tidak sombong. Tau kan kira-kira siapa? Hehe xD
Selama gue mengikuti berita-berita terapdet tentang capres jagoan gue, sebut saja Jokowi kalo ada yang masih bingung. Gue juga sempet flashback tentang kinerja dia sebagai gubernur DKI. Dan jeng jrengg, nemu deh pak Ahok, si preman Jekardah.
Gue sebagai warga setengah-depok-setengah-DKI, emang dari dulu nggak pernah peduli sama politik dan pemerintahan Jakarta. Jadi ya jangan salahin gue kalo berita Anas yang mau digantung di monas lebih menarik dari blusukannya pak Jokowi atau video pak Ahok yang tiba-tiba lebih ngetrend dari chaiya-chaiyanya Briptu Norman Kamaru.
Politik itu bosenin! Iya, itu bener banget. Politik adalah kata paling membosankan lebih dari pelajaran sains terapan menurut gue. Tapi, itu sebelum ada duet maut Jokowi-Ahok. :) Gue banyak nge-search tentang pasangan ini, dan hasilnya muncul judul-judul artikel yang sebaiknya nggak dibaca sama orang yang berpuasa. Bener-bener cetar membahana. Huahuahua xD
Judul artikel aja udah bikin orang mikir macem2 tentang mereka berdua. Maka nggak heran, ketika gue sering search tentang Jokowi-Ahok yang muncul komentar-komentar berbau fujoshi. Kayak ih mesra, jadi iri, best couple, pasangan serasi, jokowi selingkuh, ahok setia menunggu dan yah gitu deh search aja sendiri. Ada juga lho bahkan, yang bilang mereka… saling mencintai. Haha, udah ah. Lebhay. Otak udah ngaco banget ini. Hihi xD
Tapi kalo gue liat, menurut gue pribadi mereka itu emang cocok banget dipasangin di fanfic-fanfic bromance. Yang satu, cool dan kalem. Yang satunya, galak dan tukang marah-marah. Klop kan? Cocok banget tuh. Apalagi gelagat-gelagat mereka tuh selalu nunjukin kalo mereka pasangan yang saling mengisi, melengkapi dan tentu saling menyayangi satu sama lain. Contohnya, mereka pernah lho sepayung berdua, semobil berdua, dikantor berdua. Mesra banget kan? Hehe xD
Gue sering ngebayangin mukanya Ahok yang galak itu jadi memerah malu didepan Jokowi. Salah tingkah gitu mereka berdua. Bayangin kalo mereka saling kangen satu sama lain kalo lagi jauh. Telpon-telponan cuma mau bilang ‘met bobo. Miss you :*’ Hua, nggak kebayangin deh kalo bu Iriana sama bu Veronica baca postingan ini. Jangan marah ya ibu-ibu, namanya juga ngayal. Hehe -,-V
See you next time guys :)
Quotes of Nona Muda 2
Semua orang yang hidup di dunia pasti mendapat ujian. Ujian sebenarnya seorang pemimpin adalah bersikap sidiq, amanah dan fathanah. Kepercayaan, kini tengah dibangun dan dibina Ahok di semua jajaran pemerintahannya. Ahok sedang melanjutkan pemerintahan yang jujur seperti pemimpin lamanya. Dia memberi penghargaan dan sanksi sesuai ketetapan hukum. Warga Jakarta harus maklum. Ahok adalah pemimpin yang ceplas ceplos. Dia tidak pandang bulu dan memang seharusnya begitu. Tak ada seorang pun yang bisa mengintimidasi. Karena Ahok merupakan pemimpin yang sangat berani.
Selasa, 12 Agustus 2014
Quotes of Nona Muda
Ketika seorang berani maju untuk menjadi pemimpin, ada tanggungan beban dan moral yang menunggunya untuk membuktikan diri. Janji-janji manis yang dulu terlontar ketika calon pemimpin melakukan berbagai macam rayuan dan pendekatan harus dibuktikan. Seiring berjalannya waktu, keberadaan sang pemimpin hanyalah menjadi legalitas dari tidak berjalannya nilai-nilai demokrasi. Tetapi untungnya, nilai kebaikan demokrasi yang masih tersisa, mampu menyalakan secercah cahaya harapan dalam gulita. Kini kebobrokan birokrasi perlahan sirna. Karena pemimpin yang baru dan berjiwa muda, telah datang untuk menolang kita, rakyat sebenarnya. Pemimpin yang bersih, transparan dan profesional yaitu Basuki Tjahaja Purnama.