Translate

Kamis, 16 Oktober 2014

Resensi Novel Sherlock Holmes Misteri Kematian Bintang Sirkus


Judul Buku : Sherlock Holmes Dan Laskar Jalanan Baker
Street : Misteri Kematian Bintang Sirkus
Penulis : Tracy Mack dan Michael Citrin
Penerbit : Qanita PT Mizan Pustaka
Cetakan : I, Februari 2008 II, Mei 2008
Tebal buku : 308 halaman
Dimensi : 13 cm x 20,5 cm
Kategori : Misteri – cerita detektif
Text Bahasa : Indonesia

Dalam novel ini, dikisahkan kasus kematian Walenda Bersaudara, bintang sirkus ahli akrobat milik Barboza. Mereka terjatuh dan tewas seketika saat sedang melakukan pertujukan dengan tali yang digantungkan diketinggian 12 meter. Mereka terjatuh karena tali yang mereka gunakan tiba-tiba terputus.

Detektif Sherlock Holmes meminta bantuan dari Pasukan Laskar Jalanan untuk menyelidiki kasus ini dan mengirim mereka ke tenda sirkus. Wiggins memimpin teman-temannya untuk memperoleh informasi tentang Walenda Bersaudara dari para pemain sirkus lainnya. Walenda Bersaudara terdiri dari empat orang lelaki bersaudara. Beberapa hari sebelum pertunjukan, anggota Walenda Bersaudara yang paling muda menghilang bersama pacarnya, Penelope. Dari penyelidikan tersebut, menduga bahwa anggota sirkus yang paling punya motif untuk membunuh Walenda Bersaudara adalah Indigo Jones, pemain trapeze yang didaulat menggantikan Walenda Bersaudara untuk bermain akrobat tali, dan Zoloft sang pelempar pisau yang jelas-jelas membenci Walenda Bersaudara karena Cesar Walenda, membawa kabur Penelope, asisten sekaligus wanita yang dicintainya.

Pada saat penyelidikan, Holmes datang ke sirkus dan memeriksa TKP (tempat kejadian perkara) dan berhasil menemukan sejata pembunuhan sekaligus trik pembunuhannya. Semakin ditemukannya fakta-fakta yang mendukung deduksinya, Holmes akhirnya menyadari bahwa ternyata ada benang merah yang menghubungkan kasus pembunuhan di sirkus Barboza dengan pencurian buku berumur dua ratus tahun yang bertatahkan batu-batu mulia yang disimpan di Istana Buckingham Inggris, The Stuart Chronicle.

Secara keseluruhan, cerita yang dibawakan cukup mudah dipahami, dengan sebagian besar cerita memang difokuskan pada Laskar Jalanan Baker Street. Dalam hal perwatakan, penulis mampu menciptakan sosok Sherlock Holmes yang unik dengan luar biasa. Holmes digambarkan sangat genius dengan kemampuannya menganalisa masalah dan melihat pribadi seseorang hanya dengan sekali lihat. Tapi sayangnya, peran Dr. John Watson dalam novel ini nyaris tidak ada. Bahkan Watson digambarkan agak angkuh di novel ini, sangat berbeda dengan karakter Watson pada novel Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle.

Di bagian akhir novel ini adalah adanya penjelasan tentang bahasa slang (semacam bahasa kode yang iramanya miripndengan kata sebenarnya). Contoh (dalam bahasa Indonesia) seperti menjauhi ubur-ubur artinya kabur, tinta merah artinya darah, dan sebagainya. Selain itu, kita juga akan ditunjukan bagaimana pikiran Holmes bekerja saat menganalisa sesuatu.  Ada juga seni penyamaran yang dapat digunakan, walaupun kayaknya kurang relevan kalo diterapkan di jaman teknologi seperti sekarang.

Dan dari semua hal di atas, yang paling menarik lagi adalah ada teka-teki menarik dalam novel ini yang merupakan benang merah dan otak dalam setiap masalah yang ada. Pembaca hanya di tuntut untuk jeli memperhatikan.  Dengan membaca novel ini, pembaca akan benar-benar merasa berada pada abad ke-18 era Ratu Victoria dengan rincian latar tempat dan suasana bahkan jenis dan model pakaian yang tergambar jelas.

Kelebihan lain novel ini adalah mempunyai sampul yang menarik dan jenis kertas yang cukup baik. Harganya juga relatif terjangkau dan mudah di dapatkan. Secara keseluruhan, novel ini sangat di rekomendasikan bagi para pembaca muda yang tertarik dengan ilmu detektif dan hal-hal berbau misteri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar