Melihat dinamika politik saat ini, sangat mengherankan melihat koalisi partai pemenang pemilu terasa seperti minoritas di oposisi. Koalisi Jokowi-JK terlihat hampir tidak berdaya menghadapi Koalisi Merah Putih di parlemen. Tiga kekalahan beruntun PDIP cs pada UUMD3, Pilkada lewat DPRD, dan gagal menempatkan orang di posisi strategis anggota DPR adalah cermin KMP yang sangat serius menjegal kepemimpinan Presiden Terpilih, Joko Widodo. Bahkan wacana yang beredar menyebutkan kalau KMP ingin menghalangi pelantikan Jokowi tanggal 20 Oktober nanti dan berusaha melakukan pemakzulan pada pemerintahan Jokowi kedepan.
Dari sisi politik, semua hal yang dilakukan KMP saat ini memang masih dalam kategori sesuai prosedural. Kecuali tentang penolakan KMP, khususnya Gerindra, pada penetapan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang hari ini resmi mengundurkan diri. Secara kontitusional, penolakan ini jelas bertentangan dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Kepala Daerah. Karena jelas di sebutkan kalau kepala daerah berhalangan tetap, maka secara otomatis wakilnya akan naik jabatan dan menggantikannya. Tak ada pasal yang menjelaskan kalau kepala daerah yang keluar dari partai politik pengusungnya akan kehilangan jabatan dan harus diberhentikan.
Sore ini, Jokowi resmi menyatakan pengunduran dirinya di depan para anggota DPRD DKI Jakarta. Dan Ahok secara resmi kini berstatus Plt Gubernur sampai pelantikkannya. Sayang sekali Ahok tak bisa mendampingi Jokowi di saat-saat terakhirnya sebagai gubernur, walau sebelumnya Ahok terlihat tergesa-gesa menemui Jokowi untuk berbincang empat mata. Netizen twitter berpendapat, kalau Ahok terlalu galau untuk mengungkapkan kalimat perpisahan, dan memilih menjauh daripada merasakan sakit akibat kehilangan yang lebih dalam.
Sebenarnya kalau dicermati, ada kemiripan antara Jokowi dan karakter fiksi Harry Potter. Bukan berdasarkan fisik, tapi berdasarkan kesamaan karakter dan jalan hidup. Jokowi itu benar-benar seperti versi nyata Harry Potter. Untuk lebih jelas, kesamaannya bisa kita lihat sebagai berikut:
1.) Lahir saat masa suram.
Mereka sama-sama dilahirkan saat kesuraman dan kejahatan benar-benar berkuasa dan hampir tak terbendung pengaruhnya. Harry Potter lahir saat kekuatan Voldemort benar-benar berada di puncak. Saat itu jumlah Death Eater bertambah berkali-kali lipat sementara kekuatan Orde semakin berkurang akibat banyak yang terbunuh. Begitu juga Jokowi. Dia lahir saat korupsi berjamaah menjadi hal lumrah dimasyarakat. Wakil rakyat dan kepala daerah yang seharusnya bekerja untuk rakyat, justru malah memperkaya diri dan keluarganya saja. Pejabat yang tak mau menerima suap akan terkucilkan dari pergaulan. Dan kejujuran telah menjadi hal langka.
2.) Takdir dan 'tangan-tangan kasat mata'.
Mereka berdua sama-sama tak menyangka kalau mereka punya tanggung jawab sangat besar menyangkut kepentingan orang banyak. Takdir yang mendorong untuk memikul 'beban' itu lewat tangan-tangan tak kasat mata. Tak ada masyarakat dunia sihir yang percaya sebelumnya kalau ada yang bisa selamat dari kutukan Avada Kedavra. Tapi nyatanya, Voldemort pun harus menerima kalau dia tak bisa membunuh seorang bayi dengan kutukan adalannya. Begitu juga Jokowi, Foke dan semua kampanye hitam berbau SARA, tak mampu menghalanginya untuk membalikkan seluruh survey dan menjadi pemenang Pilkada DKI Jakarta dengan dana seadanya.
3.) Punya sahabat yang mendukung.
Mereka berdua sama-sama punya teman yang selalu membantu dan mendukung, tulus atas nama persahabatan. Kita semua tahu bagaimana indahnya persahabatan Ron-Harry-Hermione. Mereka selalu bersama dalam suka dan duka. Saling mendukung dan membantu dalam kesulitan. Dan membela saat yang lain dipojokkan. Dan Jokowi beruntung punya Ron yang apa adanya dan kecerdasan Hermione secara kombinasi dalam diri Ahok.
4.) Musuh yang super power.
Ini adalah hal yang bener-bener membuat cerita mereka seru. Kita tahu betapa besar kekuatan Voldemort demi menguasai dunia sihir. Dia bergerak dibalik layar dengan menebar teror dan ancaman mengendalikan boneka-bonekanya di Kementerian Sihir. Selain itu Voldemort juga punya kelompok pengikut yang sangat loyal bernama Death Eater. Death Eater sangat patuh pada Pangeran Kegelapan. Mereka bersedia mati demi melayani Voldemort bahkan mendekam di sel Azkaban bersama Dementor. Jokowi juga punya lawan yang sama beratnya dalam diri Prabowo Subianto. Kekayaan dan pengaruh Jokowi di kalangan elite politik masih kalah jauh dibanding Prabowo yang telah sekian lama malang melintang di dunia perpolitikan. Selain itu, Prabowo juga punya koalisi yang cukup solid bernama Koalisi Merah Putih dengan 7 partai didalamnya yang menguasai 60% lebih kursi di parlemen. Kebijakan-kebijakan Jokowi ada kemungkinan terhambat realisasinya akibat eksekutif dan legislatif yang tidak bersinergi.
5.) Masih punya hati nurani.
Sebenci apapun Harry pada Voldemort dan betapapun besarnya keinginannya untuk menghancurkan Voldemort, Harry tak akan pernah mau merapalkan salah satu Kutukan-Tak-Termaafkan untuk membunuh Voldemort. Hati Harry yang masih murni tak mau mencari pembenaran atas tindakan yang salah. Walaupun hampir semua masyarakat dunia sihir menganggap kalau kematian Voldemort dengan cara apapun adalah hal yang patut di syukuri. Harry tahu kalau membunuh orang atas alasan apapun, adalah tindakan yang bertentangan dengan nilai kemanusian. Begitu juga Jokowi, sebesar apapun kampanye hitam dan manuver-manuver KMP untuk menjatuhkan kepercayaan publik terhadap dirinya, Jokowi tak akan pernah tega membalasnya dengan hal yang sama. Jokowi tahu kalau Prabowo melakukan semua hal itu hanya karena emosi sesaat akibat kalah di pilpres kemarin.
Masih banyak lagi sebenarnya kesaman-kesamaan antara Jokowi dan Harry Potter. Tapi, secara substansi mungkin lima hal diatas yang paling mendasar. Melihat hal-hal tersebut, patut ditunggu bagaimana nasib pemerintahan Jokowi kedepan. Apakah endingnya berakhir bahagia seperti di cerita Harry Potter? Atau sebaliknya. Yang jelas, sebagai warga negara kita patut mengawasi dan mengkritisi langkah kebijakan yang diambil Sang Presiden Terpilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar