Disclaimer :
Cerita ini hanya fiktif belaka. Penulis hanya melakukannya untuk have fun saja dan tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari fanfic ini. Mohon maaf bila ada typo.So, Enjoy it~~ ^^
Warning! Boys x boys, yaoi, bromance, fujoshi
Jongbin, woosuk couple.
Cast :
Selain Kim Woobin dan Lee Jongsuk, author kasih kebebasan pembaca untuk berimajinasi tokoh-tokoh yang ada.
Happy reading this fanfiction ! :)
Previous Chapter :
Jongsuk mendekati etalase Roti Mocca Topping dengan pandangan lemah. Dengan wajah sedih, dia menundukkan kepalanya.
"Kau dimana?" bisiknya pelan.
"Aku merindukanmu."
***
Di ruang UGD rumah sakit Dr. Kang Min Ra dan Dr. Park Jo Hyung sedang bahu-membahu memeriksa salah satu pasien kecelakan yang terluka cukup parah. Tak lama, mereka berdua keluar bersama.
"Kau benar-benar hebat tadi Dr. Park dengan menutup aliran darahnya." puji Dr. Kang dengan menunjukan kedua jempolnya.
Dr. Park hanya memandangnya datar. "Kini kau yang ambil alih. Cek pasien itu tiap jam. Beri dia sesuatu agar darahnya di otaknya tak menggumpal. Kau mengerti kan?" lalu melangkah pergi.
Dr. Kang mengumpat kasar. Dia benar-benar kesal dengan rekannya itu.
"Hah, dia pikir aku bodoh. Dan bahkan dia tidak mengucapkan terima kasih karena pujianku atau apapun. Dia pikir dia keren? Dasar cowok menyebalkan!" Dr. Kang melangkah melewati koridor yang berlawanan.
***
Lee Jongsuk yang sedang melihat-lihat dikejutkan dengan suara seseorang dari luar.
"Kek, aku pulang.."
Terdengar suara lonceng ketika orang tersebut membuka pintu.
Jongsuk berbalik dan bersiap menyambutnya dengan senyuman. Tapi senyuman itu langsung hilang ketika melihat orang yang ada didepannya.
Orang didepannya tak kalah kaget melihat seseorang yang kini menatapnya. Tapi tak lama ia tersenyum lalu tertawa senang, menjatuhkan barang bawaanya.
"Lee Jongsuk! Benarkah kau Lee Jongsuk temanku? Jongsuk-ah, aku tak menyangka akan bertemu denganmu disini." kata Kim Woobin sambil memeluk Jongsuk erat lalu melepaskannya.
Melihat Jongsuk yang hanya terdiam, Woobin jadi heran. "Jongsuk-ah, apa kau tak senang bertemu denganku? Atau, apa kau mungkin melupakanku? Hell, kau jahat sekali."
Woobin mencoba bercanda. Jongsuk menatapnya bingung. Woobin pikir Jongsuk kebingungan mengingat namanya.
"Kau benar-benar melupakanku rupanya." Woobin menggeleng-gelengkan kepala seolah merasa tersakiti. "Baiklah, ayo kita mulai dari awal."
Woobin tersenyum. Tangannya mengambil tangan Jongsuk dan mengajaknya bersalaman.
"Kenalkan, aku Kim Woobin. Kita dulu teman satu SMP dan kau dulu adalah kakak kelasku. Kau pasti mengingatnya kan?"
Jongsuk tidak menjawab.
"Apa kau disini selama ini?" tanya Jongsuk.
Woobin bingung. "Ya, tentu saja."
"Apa kau memperoleh banyak informasi disini?"
"Tidak, bagaimana mungkin aku mendapatkan banyak informasi. Orang-orang disini bahkan tidak ada yang punya televisi."
Jongsuk tersenyum tipis.
"Jadi kau tidak melihatku selama ini?"
Woobin tertawa. "Apa kau mencoba pamer padaku? Tidak, karena satu hal aku sempat melihatmu ditelevisi. Kau sudah menjadi aktor hebat rupanya." kata Woobin sambil menepuk-nepuk pundak Jongsuk.
Senyum diwajah Jongsuk langsung pudar. Dia menatap Woobin dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Seperti sedih, marah, dan kecewa yang menjadi satu.
Woobin sendiri bingung tak tahu berbuat apa melihat reaksi Jongsuk.
***
Seorang ahjumma bernama Dae Hong terlihat mencoba mendatangi ahjumma-ahjumma lain yang sedang berkumpul.
"Apa kalian bertemu seorang pemuda bertumbuh tinggi dan kurus tadi." kata Dae Hong mengawali perbincangan.
"Ya, tadi dia ingin menanyakan alamat padaku. Tapi aku menatapnya tajam. Memang siapa dia Dae Hong? Apa kau mengenalnya?" kata seorang ahjumma bertubuh gendut. Ahjumma-ahjumma lain berseru penasaran.
Dae Hong tersenyum sinis, "Dia adalah tamu si kakek gendut, Go Myung Woo. Kalian tahu apa yang harus kita lakukan? Kita harus mengusirnya!"
"Tapi Dae Hong, bagaimana kalau dia hanya pelanggan roti atau kerabat yang tinggal sementara? Tentu akan berlebihan kalau kita mengusirnya saat ini. " kata ahjumma yang satu lagi. Ahjumma-ahjumma lain tampak menjadi ragu.
"Jangan khawatir. Aku sudah menyelidikinya. Pemuda itu memang berniat tinggal disini untuk waktu lama. Dan kalian tahu peraturannya dan akibatnya jika itu dilanggar. Kita harus segera mengusirnya!"
Ahjumma-ahjumma itu bersahutan menyetujui.
***
Kakek Go datang kembali menemui Jongsuk. Dia tersenyum ketika dia juga melihat Woobin.
"Ah, kalian sudah bertemu?"
Jongsuk dan Woobin sontak menengok ke arah Kakek Go.
"Kek, apakah anak angkat yang kau maksud adalah dia?" tanya Jongsuk penasaran. Woobin mengernyit.
Kakek tertawa, "Kalian sudah saling berkenalan ya? Tentu saja, dia anak angkatku. Tampan bukan?"
Giliran Woobin bertanya.
"Kek, apa yang dia lakukan disini? Apa kau mengangkat anak lagi?" tanyanya sambil memasang wajah kesal.
Belum sempat Kakek Go menjawab. Jongsuk langsung meninju keras wajah Kim Woobin. Gerakannya yang sangat cepat membuat Kim Woobin tak sempat menghindar.
Kakek Go terlihat sangat shock. Sambil memegang sisi wajahnya, Kim Woobin menatap Jongsuk tidak percaya.
Jongsuk menatap Woobin marah.
"Aku membencimu." katanya sambil berlalu pergi.
***
Dr. Kang Min Ra baru saja pulang dari tempat kerjanya melihat Dae Hong dan beberapa ahjumma yang yang terlihat pulang dari rumahnya. Dia melihat ayahnya yang duduk diteras depan.
"Appa, untuk apa mereka datang ke sini?" tanya Min Ra penasaran.
"Mereka hanya meminta pendapatku saja." katanya sambil tersenyum. "Kau baru pulang? Apa hari ini melelahkan?"
Min Ra langsung menceritakan semua yang dilaluinya hari ini. Operasi yang sukses, pasien yang aneh, dan Dr. Park yang masih saja bersikap sok keren.
Ayahnya tertawa mendengar cerita Min Ra.
"Apa kau yakin kau tidak menyukainya?" ledek ayahnya.
"Tidak, tentu tidak.."
Ayahnya tersenyum tak percaya.
Min Ra memukul bantal ke ayahnya dan ayahnya pura-pura meringis kesakitan. "Sekarang aku tahu kenapa dia menjauhimu. Kau benar-benar kuat, Min Ra. Sama seperti ibumu."
Air muka Min Ra langsung berubah sedih. "Appa, apa kau juga merindukannya?"
***
Ketika Jongsuk sampai di apartemennya, dia langsung bergegas mandi. Saat itu, dia memikirkan semua yang dialaminya tadi. Termasuk pertemuaannya dengan Woobin, sahabatnya saat SMP dahulu.
Setelah mandi, ponselnya berdering.
Dari Managernya.
Ya, hyung..
Kenapa kau memukulnya? Ingat, apapun alasanmu. Kau akan tetap kerumah ayahku!
Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau anak angkat ayahmu bernama Kim Woobin?
Memangnya kenapa? Kau tak pernah bertanya sebelumnya. Lagipula, apa itu penting? Apa kau mengenalnya sebelum ini?
Ya, dia teman lamaku. Lebih tepatnya dia adik kelasku dulu.
Bukankah itu bagus? Kalian seharusnya cepat akrab. Besok aku akan ke apartemenmu jam 8. Aku akan membantumu memindahkan barang. Bersiap-siaplah.
Tapi, hyung. Apa kau tidak penasaran kenapa aku memukulnya?
Ckck. Itu semua sudah jelas. Kau sunbae yang buruk, Jongsuk. Sampai jumpa besok.
Hyung..
Sambungan telepon terputus.
Jongsuk melemparkan ponselnya sembarangan ke tempat tidur lalu membantingkan tubuhnya ke kasur yang empuk. Matanya terpejam. Hari ini sangat melelahkan buat Lee Jongsuk.
"Kau benar-benar bajingan, Kim Woobin." gumamnya pelan. Matanya terlihat merenung sejenak tangan memeluk erat sebuah miniatur meja berbentuk kue. Tak lama, dengkuran halus pun terdengar pertanda Jongsuk telah tertidur.
***
(to be continued)
Leave comment please :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar