Translate

Kamis, 19 Februari 2015

Review Film The Hobbit Part 2 : The Desolation of Smaug

Film The Hobbit 2 : The Desolation of Smaug merupakan lanjutan dari film pertama yang berjudul The Hobbit : Unexpected Journey. Ini adalah seri kedua dari trilogi novel The Hobbit yang diangkat ke layar lebar oleh sutradara terkenal bernama Peter Jackson. Sebelumnya, Jackson juga menjadi sutradara film trilogi The Lord of The Ring, sebuah novel yang juga ditulis oleh penulis cerita fiksi J. R. R Tolkien. Film ini di bintangi oleh Martin Freeman (Bilbo Baggins), Ian McKellen (Gandalf The Grey), Richard Armitage (Thorin Oakenshield), Beorn (Mikael Persbrandt), Luke Evans (Bard), Lee Pace (Thranduil) dan Orlando Bloom (Legolas).

Cerita diawali dengan pertemuan Thorin (Richard Armitage) dengan Gandalf (Ian McKellen) di sebuah kedai yang membahas rencana perebutan kembali Erabor dari kekuasaan Smaug, naga jahat yang sangat menyukai kilauan emas. Setahun kemudian, rencana itu terlaksana. Rombongan berjumlah empat belas orang, yang terdiri dari dua belas orang kurcaci, satu orang hobbit dan seorang penyihir, melakukan perjalanan penuh kejutan dari desa shire yang tenang menuju Lonely Mountain.

Mereka menemukan banyak hal diperjalanan. Bilbo Baggins (Martin Freeman), si hobbit sangat kagum bertemu dengan makhluk-makhluk yang selama ini hanya menjadi dongeng di bangsanya. Seperti bangsa peri, Orc, Warg dan bangsa manusia. Ancaman dan bahaya juga selalu bersama mereka. Bangsa Warg, contohnya, tak pernah berhenti mengejar meraka karena pemimpinya Azog ingin membunuh Thorin karena dendam di masa lalu. Begitu pula dengan bangsa Orc, mereka marah karena Gandalf telah membunuh rajanya saat mereka terjebak di Gunung. Petualangan di gunung benar-benar suatu anugrah bagi Bilbo kerena disana dia mendapatkan sebuah cincin ajaib dari makhluk kecil jahat bernama Gollum. Cincin itu bisa membuat yang memakainya menjadi tidak terlihat.

Akan tetapi, disaat-saat ancaman maut mengancam nyawa mereka, mereka selalu mendapat bantuan disaat yang tepat. Contohnya, saat bangsa Warg menyerang mereka, mereka justru kabur ke arah pemukiman bangsa Elves dan mendapat pertolongan cara membuka pintu yang tersembunyi di Erabor. Ataupun saat mereka lari dari kejaran Orc, mereka beruntung karena melarikan diri ke arah rumah Beorn, seorang manusia yang dapat berubah menjadi beruang, dan mendapat perlindungan serta bantuan perbekalan. Mereka juga di beritahu oleh Beorn cara melewati hutan Mirkwood dengan aman walaupun pada akhirnya mereka tersesat juga. Saat tersesat, hampir saja mereka menjadi santapan laba-laba raksasa kalau saja pasukan Elves yang dipimpin Legolas (Orlando Bloom) dan Tauriel tidak menyelamatkan mereka. Mereka menjadi tawanan Elves selama beberapa saat lalu dengan kecerdikan Bilbo mereka bisa melanjutkan perjalanan menuju Lonely Mountain.

Film ini menyajikan cerita yang menggambarkan kebersamaan setiap tokoh agar tujuan yang diinginkan tercapai. Diawal cerita, film ini menunjukkan ketidakharmonisan hubungan antara Bilbo dan kurcaci lainnya saat Bilbo ingin pulang kerumahnya secara diam-diam. Thorin merendahkan kemampuan Bilbo dan terus menanyakan alasan Gandalf mengikutsertakan Bilbo dalam rombongan karena Bilbo lemah dan tak bisa membela diri. Tapi lambat laun hubungan mereka membaik. Thorin akhirnya mengerti kalau dibalik tubuh kecil Bilbo, Bilbo adalah hobbit yang sangat cerdik dan berhati tulus. Selama perjalanan, mereka saling menunjukkan kepedulian dengan saling menyelamatkan jika yang lain dalam bahaya.

Di banding novel aslinya, film ini mengalami pengembangan cerita di beberapa bagian. Misalnya seperti konflik antara Azog dan Thorin, cerita cinta antara Kili dan Tauriel serta awal mula kemunculan Nacromancer yang merupakan roh jahat dari Sauron, sang penguasa kegelapan di masa depan. Dengan pengembangan cerita tersebut, film ini  menyajikan cerita dari novel aslinya secara lengkap dan utuh, sehingga film ini mempunyai durasi yang sangat panjang. Akan tetapi, sayangnya, walaupun dibalut dengan nuansa komedi, saya sebagai penonton tetap merasa sedikit bosan. Menurut saya, sebaiknya ada beberapa bagian yang dipotong karena tidak terlalu berpengaruh pada cerita secara garis besar.

Secara keseluruhan, film ini menyajikan teknologi grafis dengan efek yang sangat menakjubkan. Latar film ini benar-benar di buat secara detail seperi zaman abad pertengahan. Tokoh-tokohnya dirias dengan sangat rinci mulai dari tatanan rambut, bentuk telinga, warna kulit sampai kepangan jenggot. Selain itu, film ini memiliki latar yang sangat indah. Penonton bisa melihat megahnya Rumah Ramah Terakhir milik bangsa Elves dan bersihnya aliran sungai menuju Kota Danau bangsa manusia. Dengan backsound yang tepat, film ini membawa saya sebagai penonton merasa masuk berada disana dan merasakan semua ketegangan yang ada.

Rabu, 18 Februari 2015

Fanfic : Don't Leave Me Again, Kim Woo Bin Chapter 2

Disclaimer :
Cerita ini hanya fiktif belaka. Penulis hanya melakukannya untuk have fun saja dan tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari fanfic ini. Mohon maaf bila ada typo.So, Enjoy it~~ ^^

Warning! Boys x boys, yaoi, bromance, fujoshi

Jongbin, woosuk couple.

Cast :
Selain Kim Woobin dan Lee Jongsuk, author kasih kebebasan pembaca untuk berimajinasi tokoh-tokoh yang ada.

Happy reading this fanfiction ! :)

Previous Chapter :

Jongsuk mendekati etalase Roti Mocca Topping dengan pandangan lemah. Dengan wajah sedih, dia menundukkan kepalanya.

"Kau dimana?" bisiknya pelan.

"Aku merindukanmu."

***

Di ruang UGD rumah sakit Dr. Kang Min Ra dan Dr. Park Jo Hyung sedang bahu-membahu memeriksa salah satu pasien kecelakan yang terluka cukup parah. Tak lama, mereka berdua keluar bersama.

"Kau benar-benar hebat tadi Dr. Park dengan menutup aliran darahnya." puji Dr. Kang dengan menunjukan kedua jempolnya.

Dr. Park hanya memandangnya datar. "Kini kau yang ambil alih. Cek pasien itu tiap jam. Beri dia sesuatu agar darahnya di otaknya tak menggumpal. Kau mengerti kan?" lalu melangkah pergi.

Dr. Kang mengumpat kasar. Dia benar-benar kesal dengan rekannya itu.

"Hah, dia pikir aku bodoh. Dan bahkan dia tidak mengucapkan terima kasih karena pujianku atau apapun. Dia pikir dia keren? Dasar cowok menyebalkan!" Dr. Kang melangkah melewati koridor yang berlawanan.

***

Lee Jongsuk yang sedang melihat-lihat dikejutkan dengan suara seseorang dari luar.

"Kek, aku pulang.."

Terdengar suara lonceng ketika orang tersebut membuka pintu.

Jongsuk berbalik dan bersiap menyambutnya dengan senyuman. Tapi senyuman itu langsung hilang ketika melihat orang yang ada didepannya.

Orang didepannya tak kalah kaget melihat seseorang yang kini menatapnya. Tapi tak lama ia tersenyum lalu tertawa senang, menjatuhkan barang bawaanya.

"Lee Jongsuk! Benarkah kau Lee Jongsuk temanku? Jongsuk-ah, aku tak menyangka akan bertemu denganmu disini." kata Kim Woobin sambil memeluk Jongsuk erat lalu melepaskannya.

Melihat Jongsuk yang hanya terdiam, Woobin jadi heran. "Jongsuk-ah, apa kau tak senang bertemu denganku? Atau, apa kau mungkin melupakanku? Hell, kau jahat sekali."

Woobin mencoba bercanda. Jongsuk menatapnya bingung. Woobin pikir Jongsuk kebingungan mengingat namanya.

"Kau benar-benar melupakanku rupanya." Woobin menggeleng-gelengkan kepala seolah merasa tersakiti. "Baiklah, ayo kita mulai dari awal."

Woobin tersenyum. Tangannya mengambil tangan Jongsuk dan mengajaknya bersalaman.

"Kenalkan, aku Kim Woobin. Kita dulu teman satu SMP dan kau dulu adalah kakak kelasku. Kau pasti mengingatnya kan?"

Jongsuk tidak menjawab.

"Apa kau disini selama ini?" tanya Jongsuk.

Woobin bingung. "Ya, tentu saja."

"Apa kau memperoleh banyak informasi disini?"

"Tidak, bagaimana mungkin aku mendapatkan banyak informasi.  Orang-orang disini bahkan tidak ada yang punya televisi."

Jongsuk tersenyum tipis.

"Jadi kau tidak melihatku selama ini?"

Woobin tertawa. "Apa kau mencoba pamer padaku? Tidak, karena satu hal aku sempat melihatmu ditelevisi. Kau sudah menjadi aktor hebat rupanya." kata Woobin sambil menepuk-nepuk pundak Jongsuk.

Senyum diwajah Jongsuk langsung pudar. Dia menatap Woobin dengan tatapan yang sulit didefinisikan. Seperti sedih, marah, dan kecewa yang menjadi satu.

Woobin sendiri bingung tak tahu berbuat apa melihat reaksi Jongsuk.

***

Seorang ahjumma bernama Dae Hong terlihat mencoba mendatangi ahjumma-ahjumma lain yang sedang berkumpul.

"Apa kalian bertemu seorang pemuda bertumbuh tinggi dan kurus tadi." kata Dae Hong mengawali perbincangan.

"Ya, tadi dia ingin menanyakan alamat padaku. Tapi aku menatapnya tajam. Memang siapa dia Dae Hong? Apa kau mengenalnya?" kata seorang ahjumma bertubuh gendut. Ahjumma-ahjumma lain berseru penasaran.

Dae Hong tersenyum sinis, "Dia adalah tamu si kakek gendut, Go Myung Woo. Kalian tahu apa yang harus kita lakukan? Kita harus mengusirnya!"

"Tapi Dae Hong, bagaimana kalau dia hanya pelanggan roti atau kerabat yang tinggal sementara? Tentu akan berlebihan kalau kita mengusirnya saat ini. " kata ahjumma yang satu lagi. Ahjumma-ahjumma lain tampak menjadi ragu.

"Jangan khawatir. Aku sudah menyelidikinya. Pemuda itu memang berniat tinggal disini untuk waktu lama. Dan kalian tahu peraturannya dan akibatnya jika itu dilanggar. Kita harus segera mengusirnya!"

Ahjumma-ahjumma itu bersahutan menyetujui.

***

Kakek Go datang kembali menemui Jongsuk. Dia tersenyum ketika dia juga melihat Woobin.

"Ah, kalian sudah bertemu?"

Jongsuk dan Woobin sontak menengok ke arah Kakek Go.

"Kek, apakah anak angkat yang kau maksud adalah dia?" tanya Jongsuk penasaran. Woobin mengernyit.

Kakek tertawa, "Kalian sudah saling berkenalan ya? Tentu saja, dia anak angkatku. Tampan bukan?"

Giliran Woobin bertanya.

"Kek, apa yang dia lakukan disini? Apa kau mengangkat anak lagi?" tanyanya sambil memasang wajah kesal.

Belum sempat Kakek Go menjawab. Jongsuk langsung meninju keras wajah Kim Woobin. Gerakannya yang sangat cepat membuat Kim Woobin tak sempat menghindar.

Kakek Go terlihat sangat shock. Sambil memegang sisi wajahnya, Kim Woobin menatap Jongsuk tidak percaya.

Jongsuk menatap Woobin marah.

"Aku membencimu." katanya sambil berlalu pergi.

***

Dr. Kang Min Ra baru saja pulang dari tempat kerjanya melihat Dae Hong dan beberapa ahjumma yang yang terlihat pulang dari rumahnya. Dia melihat ayahnya yang duduk diteras depan.

"Appa, untuk apa mereka datang ke sini?" tanya Min Ra penasaran.

"Mereka hanya meminta pendapatku saja." katanya sambil tersenyum. "Kau baru pulang? Apa hari ini melelahkan?"

Min Ra langsung menceritakan semua yang dilaluinya hari ini. Operasi yang sukses, pasien yang aneh, dan Dr. Park yang masih saja bersikap sok keren.

Ayahnya tertawa mendengar cerita Min Ra.

"Apa kau yakin kau tidak menyukainya?" ledek ayahnya.

"Tidak, tentu tidak.."

Ayahnya tersenyum tak percaya.

Min Ra memukul bantal ke ayahnya dan ayahnya pura-pura meringis kesakitan. "Sekarang aku tahu kenapa dia menjauhimu. Kau benar-benar kuat, Min Ra. Sama seperti ibumu."

Air muka Min Ra langsung berubah sedih. "Appa, apa kau juga merindukannya?"

***

Ketika Jongsuk sampai di apartemennya, dia langsung bergegas mandi. Saat itu, dia memikirkan semua yang dialaminya tadi. Termasuk pertemuaannya dengan Woobin, sahabatnya saat SMP dahulu.

Setelah mandi, ponselnya berdering.

Dari Managernya.

Ya, hyung..

Kenapa kau memukulnya? Ingat, apapun alasanmu. Kau akan tetap kerumah ayahku!

Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau anak angkat ayahmu bernama Kim Woobin?

Memangnya kenapa? Kau tak pernah bertanya sebelumnya. Lagipula, apa itu penting? Apa kau mengenalnya sebelum ini?

Ya, dia teman lamaku. Lebih tepatnya dia adik kelasku dulu.

Bukankah itu bagus? Kalian seharusnya cepat akrab. Besok aku akan ke apartemenmu jam 8. Aku akan  membantumu memindahkan barang. Bersiap-siaplah.

Tapi, hyung. Apa kau tidak penasaran kenapa aku memukulnya?

Ckck. Itu semua sudah jelas. Kau sunbae yang buruk, Jongsuk. Sampai jumpa besok.

Hyung..

Sambungan telepon terputus.

Jongsuk melemparkan ponselnya sembarangan ke tempat tidur lalu membantingkan tubuhnya ke kasur yang empuk. Matanya terpejam. Hari ini sangat melelahkan buat Lee Jongsuk.

"Kau benar-benar bajingan, Kim Woobin." gumamnya pelan. Matanya terlihat merenung sejenak tangan memeluk erat sebuah miniatur meja berbentuk kue. Tak lama, dengkuran halus pun terdengar pertanda Jongsuk telah tertidur.

***

(to be continued)

Leave comment please :-)

Senin, 02 Februari 2015

Fanfic : Don't Leave Me Again, Kim Woobin

Disclaimer :
Cerita ini hanya fiktif belaka. Penulis hanya melakukannya untuk have fun saja dan tidak mengambil keuntungan sepeser pun dari fanfic ini. Mohon maaf bila ada typo.So, Enjoy it~~ ^^

Warning! Boys x boys, yaoi, bromance, fujoshi

Jongbin, woosuk couple.

Cast :
Selain Kim Woobin dan Lee Jongsuk, author kasih kebebasan pembaca untuk berimajinasi tokoh-tokoh yang ada.

Happy reading this fanfiction ! :)

Disuatu daerah pinggiran kota Gyunggi, terdapat sebuah pedesaan terpencil yang hampir semuanya berbentuk rumah sederhana yang serupa. Di ujung jalan, terlihat seorang namja bertubuh tinggi dengan dengan kertas ditanganya. Matanya bergantian melihat ke arah kertas lalu ke deretan rumah-rumah sederhana yang ada. Dia sedang mencari alamat.

"Dimanakah alamat ini sebenarnya? Rumah disini terlihat sama satu sama lain. Apa aku hanya berputar-putar saja sejak tadi?" gumamya sambil mendesah lelah. Dia melanjutkan aktivitasnya sampai hanya tinggal tiga rumah lagi yang tersisa.

Perkenalkan, pemuda yang dimaksud sejak tadi adalah Lee Jongsuk. Dia berusia 22 tahun dengan tubuh tinggi dan kurus. Wajahnya sangat bersih dan tampan seperti seorang model.

Pemuda itu beberapa kali bertemu dengan warga sekitar. Tapi setiap kali melihatnya, orang-orang yang ditemuinya selalu menatapnya sinis dan menyuruhnya cepat pergi. Jongsuk semakin bingung dengan sikap warga ditempat itu. Dia jadi ragu kalau dia berada di tempat yang benar.

Ketika Jongsuk hendak mengecek alamat yang dia punya ke salah satu rumah, mendadak muncul seorang wanita muda berpakaian rapi dari dalam rumah itu. Jongsuk kaget, begitu juga si wanita.

"Apa yang kau lakukan?" kata si wanita sambil melotot ke arah Jongsuk. "Apakah kau pencuri?" katanya curiga. Buru-buru dia mendekap erat tasnya.

"Uhm, maaf noona. Saya bukan pencuri."Jongsuk mencoba mengendalikan diri. "Saya hanya ingin memastikan apakah ini benar Chaedonghee No. 9. Saya sedang mencari alamat ini."

Si wanita muda menyipitkan mata. "Apa aku terlihat bodoh? Kau pikir aku akan percaya? Hell, aku Kang Min Ra seorang dokter yang hebat. Sekali kau mendekat, aku akan berteriak keras dan warga akan segera berdatangan. Ketika mereka berhasil menangkapmu, aku bersumpah akan memutuskan aliran darahmu. Jadi jangan coba-coba mendekat!"

Jongsuk mendesah.

"Dia benar-benar gila." kata Jongsuk memutuskan untuk pergi. Min Ra yang melihatnya, langsung menghadangnya.

"Jadi kau bukan pencuri?" tanya Min Ra. Tatapannya masih penuh selidik. Jongsuk yang malas menjawab mengabaikan begitu saja sambil berjalan pergi.

"Belok kanan, Kedai Roti Jjang milik Kakek Go." kata Min Ra tiba-tiba.

Jongsuk terdiam.

"Itu alamat yang kau cari."

Min Ra lalu mengambil tasnya lalu berjalan pergi mengendarai mobil meninggalkan Jongsuk. Jongsuk hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, "Apa aku bisa tinggal ditempat ini?" katanya sambil memandang sekeliling.

***

Turun dari mobil, Min Ra berjalan kaki dengan cepat menuju tempat kerjanya. Kakinya berulang kali terserimpet karena dia jalan dengan tidak fokus. Pikirannya mengingat saat pertemuaannya dengan pemuda tadi.

Memalukan!

Memalukan!

Memalukan!

Hanya itu yang ada dipikiran Min Ra.

"Aku benar-benar bersikap bodoh tadi karena menuduh orang sembarangan kalau dia pencuri." katanya sambil menutup wajahnya. "Semoga dia cepat pergi. Orang-orang disini tak akan menyukai kedatangannya."

Sambil berkata begitu, wajahnya berubah sedih.

***

Lee Jongsuk telah sampai ke Kedai Roti Jjang, tempat yang dimaksud Dr. Kang tadi. Bangunan di hadapannya memiliki design kedai modern sederhana seperti di Kota Seoul pada umumnya. Namun terlihat sudah nampak tua di beberapa sisi, tapi nampak kuno dan kokoh secara bersamaan.

Jongsuk masuk ke dalam kedai. Terdengar bunyi lonceng ketika dia mendorong pintu masuknya. Ketika sudah masuk, Jongsuk langsung mencium aroma roti yang sepertinya baru matang. Dia lalu mengitarkan pandangannya dan melihat roti-roti yang sangat lezat di depannya. Jongsuk tersenyum senang.

Tak lama, datang Kakek Go Myung Woo, sang pemilik kedai. Dia kakek gemuk yang mempunyai mata yang berbinar. Begitu melihat Jongsuk, dia langsung tersenyum ramah.

"Hei, nak. Apa kau ingin membeli sesuatu? Aku punya roti-roti yang sangat lezat disini." katanya menawarkan.

Jongsuk tertawa.

"Kek, apakah benar ini Chaedonghee No. 9? Aku tak menyangka kalau ini adalah kedai roti. Jadi kau Kakek Go Myung Woo?"

Kakek mengangguk. "Kau benar, nak. Aku Kakek Go Myung Woo. Astaga, apa kau Lee Jongsuk?" kata Kakek Go kaget. "Jadi denganmu anakku bekerja?"

Jongsuk tersenyum.

Kakek Go menatap Jongsuk keseluruhan dari atas ke bawah. "Anakku selalu berbicara tentangmu. Dia bilang kau sangat tinggi seperti jerapah. Kupikir dia membual. Tapi setelah melihatmu, aku rasa dia tidak berlebihan. Dan selain tinggi, kau juga sangat tampan."

Jongsuk tertawa, "Aku baru tahu kalau Manager Go berkata seperti itu pada semua orang."

"Aku tahu kalau aku punya anak yang sangat kurang ajar."

Mereka berdua tertawa bersama.

Jongsuk berhenti tertawa ketika dia melihat tulisan yang terpampang pada etalase.

'Mocca Toping' bisik Jongsuk perlahan.

Kakek Go tersenyum melihat Jongsuk menatap intens roti mocca-nya. "Omo, aku bodoh sekali. Kau baru tiba setelah perjalanan jauh. Harusnya aku menyiapkan sesuatu."

Dia pikir Jongsuk lapar dan ingin makan roti mocca itu.

"Jongsuk-ssi, tunggu sebentar. Kau bisa duduk dan melihat-lihat. Ambil yang kau suka. Mengerti?" katanya sambil mengedipkan mata.

Jongsuk mengangguk.

"Dan segeralah bawa barang-barangmu kesini. Kau pasti akan betah berada disini. Jung Kyo pasti sudah bercerita kalau dia punya adik angkat kan? Dia seumuran denganmu, kurasa kalian akan cepat akrab." Kakek Go berlalu masuk ke dalam.

Jongsuk mendekati etalase Roti Mocca Topping dengan pandangan lemah. Dengan wajah sedih, dia menundukkan kepalanya.

"Kau dimana?" bisiknya pelan.

"Aku merindukanmu."

***

(to be continued)

Leave comment please :-)