Genangan kenangan beriak yang timbul
Merentang tangan menyibak luka
Kau.. aku.. akhirnya bertemu
Mengungkap warna dan wangi jati diri
Udara hangat menguar meninggi
Menyisakan satu lampu yang berpendar lemah
Teman..
Sebuah ingatan bahkan menembus lorong waktu
Sebuah alasan aku mensyukuri aku pernah dilahirkan
Sebelum luka yang kutinggalkan
Sebelum masa depanmu yang kuhancurkan
Sebelum ada mimpi kubuang sia-sia
Sahabat...
Senyumku terkembang di bibirku berlari bersamamu
Hatiku tertawa menggelitik saat kau merangkulku
Saat aku merasa aku mampu hidup dengan hanya memilikimu
Chingu...
Aku hanya membutuhkanmu
Karena aku hanya memilikimu disisiku
Namun ketika hatiku telah dikuasai kerakusan
Keserakahan yang membutakan mata
Menutup telinga
Ketika kau yang terluka adalah saat yang paling ku benci
Memberimu luka pengkhianatan yang abadi terukir
Dengan tanganku sendiri aku melakukannya
Aku telah membuat diriku pantas untuk dibenci
Bahkan kutukan dan makian terasa lebih manusiawi
Dibanding tatapanmu yang begitu kecewa
Kau yang layu seperti bunga
Yang remuk seperti keramik
Tetap membiarkanku disisimu
Ini salah...
Kau yang tak membenciku justru membuatku lebih membenci diriku sendiri
Kau yang dengan mudah memaafkan kesalahanku
Hanya membuatku berkubang dalam rasa bersalah
Pikiranku yang sempit dan buntu
Tak bisa menanggung semuanya
Aku terlalu takut suatu saat kau akan menyesal kita pernah berteman
Aku tak bisa menunggu
Membiarkan waktu berlalu
Dan akhirnya mendengar kau tak ingin lagi menjadi temanku
Kita sahabat selamanya
Hanya itu yang ku tau
Hanya itu yang ku ingat
Aku hanya ingin selamanya begitu
Karena itu... maafkan aku, chingu
Yang memilih meninggalkanmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar