Untuk kebanyakan orang, alien mungkin terbayang sebagai suatu makhluk yang berlendir menjijikkan dengan bola mata yang besar dan penuh kerutan. Berbicara seperti robot dengan dua antena yang panjang, mengisi tubuh dengan listrik, dan berganti kulit. Tapi, hampir semua pecinta drama korea pasti punya pandangan yang berbeda dengan apa yang di sebut alien. Berbadan tegap atletis dengan wajah tampan, cerdas dan keren. Alien di drama korea adalah salah satu ciptaan Tuhan paling indah jika kita membayangkan Kim Soo Hyun.
Saat ini, ada satu alien yang tersisa dibumi. Berbeda dari alien Do Min Joon yang hidup menyendiri, alien ini sangat terkenal. Dia sering menjadi buah bibir di Ibukota dan menjadi subjek paling menarik di Jakarta bagi media. Namanya Basuki Tjahaja Purnama atau sering dipanggil Ahok. Dia lahir di Belitung Timur, pada 29 Juni 1966, empat puluh sembilan tahun yang lalu.
Alien dalam konteks ini artinya adalah sesuatu yang berbeda, unik dan tidak biasa pada umumnya. Tidak bertentangan dengan norma dan sangat dimungkinkan keberadaannya. Memang seringkali menimbulkan perdebatan tapi sangat menarik jika diulas dan menjadi bahan diskusi.
Kemunculan Ahok pertama kali di televisi dimulai sejak dia menjabat sebagai anggota DPR. Namun, tidak semua orang menyadari keberadaannya karena dia belum seterkenal sekarang. Hal itu terus berlanjut. Ahok muncul kembali sebagai calon gubernur Jakarta jalur independen, mengumpulkan KTP untuk pencalonannya, namun gagal karena tidak memenuhi syarat. Dan tentu saja, kemunculannya yang begitu membekas adalah saat dia mencalonkan diri sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta dan berpasangan dengan Joko Widodo. Dengan dukungan dari koalisi minoritas partai politik di parlemen Kebon Sirih, Jokowi-Ahok berhasil memenangkan pilkada DKI Jakarta tahun 2012 yang berlangsung dua putaran.
Banyak yang menyangsikan bahwa pasangan yang kontras kepribadian ini bisa bertahan lama mengingat track record banyak pemimpin daerah yang berpisah di tengah jalan. Tapi setelah dua tahun, pasangan ini berhasil membuktikan kinerja mereka dan kerjasama yang baik untuk kemajuan Jakarta. Bahkan, setelah Jokowi memindahkan meja kerjanya ke Istana Merdeka, hubungan mereka tetap terjaga dengan baik layaknya seorang sahabat.
Setelah Jokowi pergi, pengangkatannya sebagai gubernur sempat menuai pro dan kontra. Sejumlah pihak secara terang-terangan menolak pengangkatannya dengan berbagai alasan. Mulai dari isu rasial hingga dikatakan tak sesuai konstitusi. Tapi, setelah tarik ulur yang panjang, yang diwarnai demonstasi dan adu mulut di media, Ahok akhirnya dilantik secara langsung oleh Presiden Jokowi di Istana Merdeka.
Berhasil dilantik sebagai gubernur tidak membuat kontroversi Ahok berhenti. Publik kembali menyorotnya ketika dia harus memilih seorang wakil. Partai Gerindra dan PDIP bersikukuh kalau wakil Ahok seharusnya dari pihak mereka. Entah dengan kesepakatan bersama atau tidak, tak lama kemudian diumumkan bahwa Djarot Saiful Hidayat dilantik sebagai wakil Ahok untuk meneruskan jabatannya hingga tahun 2017.
Setelah menjabat selama tiga tahun sebagai pimpinan Ibukota, baik sebagai gubernur atau wakil gubernur Ahok telah beberapa kali mengeluarkan gagasan yang sedikit banyak memunculkan perdebatan. Yang baru-baru ini saja kita bisa lihat sikap Ahok yang cenderung menginginkan adanya lokalisasi pelacuran di Jakarta. Jika dicermati, Ahok mungkin sebenarnya mempunyai tujuan yang baik untuk kota yang dipimpinnya. Dia beralasan, pelacuran muncul secara alamiah karena karerena sifat dasar dan kebutuhan manusia. Selama manusia masih ada, pelacuran dalam bentuk apapun, akan tetap eksis meskipun semua orang berusaha bersikap acuh dan pura-pura tidak tahu. Jadi menurut Ahok, daripada membuat pelacuran tidak terkontrol karena keberadaannya yang tersebar dan tersembunyi. Serta berpotensi besar merugikan kalangan masyarakat yang tidak berdosa, lebih baik dilakukan lokalisasi.
Tapi bagi yang kontra dengan gagasan itu, tentu saja sikap Ahok dianggap sebagai suatu bentuk upaya mendukung kelangsungan prostitusi. Terutama bagi beberapa kelompok dari komunitas agama. Bagi mereka, melakuan lokalisasi mungkin sama saja melakukan prostitusi itu sendiri.
Dalam drama You Who Came From The Stars aka Man From The Stars, Profesor Do Min Joon pernah menjelaskan tentang percobaan Harry Harlow tentang kera yang lebih memilih boneka dengan selimut dibandingkan boneka dengan botol susu. Alasannya sederhana, kera yang memiliki DNA hampir mirip dengan manusia, lebih membutuhkan kehangatan dan kenyamanan. Sama seperti manusia yang membutuhkan kasih sayang dan kepedulian dalam bentuk sentuhan atau dukungan.
Ahok mungkin keras, kaku terhadap peraturan karena ketaatannya pada konstitusi. Tapi, di balik semua itu adalah dia pribadi yang jujur dan humoris. Ahok bukan orang yang tertutup. Dia memberikan kesempatan yang luas bagi setiap orang untuk mengkritisi kebijakannya. Ahok juga tak pernah mempermasalahkan orang-orang yang menghinanya di dunia maya. Semua bebas mengeluarkan pendapat, baik tentang kinerja maupun pribadinya.
Tapi betapa pun cueknya Ahok tentang tanggapan orang tentang dirinya, Ahok tetap membutuhkan orang lain untuk mendukungnya, orang yang selalu mempercayainya.
Dan Ahok menemukan hal itu dalam diri Jokowi. Orang pertama yang memberinya kepercayaan. Kepercayaan yang membuat nyaman, kepercayaan yang membuat berani, kepercayaan yang menjaga kejujuran.
Dari semua orang, mungkin hanya Jokowi yang mendukungnya bertahan menjadi alien, menjaga agar Ahok tetap menjadi Ahok. Bukan Ahok orang yang lembut. Bukan pula Ahok yang gampang kompromi. Tapi Ahok berdedikasi pada tugas. Ahok yang jujur. Dan Ahok yang menjaga amanah.