Di pagi hari ini, aku terbangun subuh-subuh akibat gatal di sepanjang tangan dan kaki. Alergiku kambuh akibat aku nekat makan tumis kerang diam-diam punya adikku. Ceritanya, ketika aku pulang sekolah, perutku sudah sangat lapar. Sayangnya, hanya ada tumis kerang di lemari makan. Saking lelah dan lapar, aku tak peduli dan memakannya habis. Dan hasilnya, badanku berubah memerah keesokkan harinya.
Aku mencari obat alergi yang lama. Mencoba mengurangi rasa gatal yang melanda hebat. Setelah mencari selama sejam dengan diwarnai sedikit omelan ibu, q obat itu bisa ditemukan.
Tapi, efek obat itu tidak berlangsung secepat kilat. Selama dua jam lebih aku menggaruk-garuk seluruh bagian tubuhku sambil dikipasi. Perlahan obat itu mulai bereaksi dan alergi ku sedikit berkurang.
"Udah mendingan bu, nggak terlalu gatel kayak tadi." kataku lega pada ibu. Ibuku me'lfysjl, sem-mesem, antara kasihan sekaligus kesel, " Makanya lain kali jangan asal makan aja. Udah tahu alergi kerang, tetep aja bandel." Aku tersenyum kecut. "Iya, iya nggak makan kerang lagi deh."
"Dan udah berapa kali sih ibu bilang, kalo abis pakai barang taruh lagi ketempatnya. Jangan giliran pas butuh, baru kelabakan nyari-nyari!" kata Ibu panjang lebar. " Kamu nggak sekolah kan? Udah bantuin ibu jaga warung sana. Ibu mau masak dulu. Nanti siang kan ibu mau ke sekolah ngambil raport kamu."
"Iya, iya. Nanti aku ke warung." kataku malas. " Tapi nanti beliin makanan ya kalo ke sekolah?!" kataku semangat.
" Iya nanti tunggu ada pasukan semut hitam." jawab Ibuku asal. " Ibu mah." kataku sambil cemberut.
***
Ibu berangkat ke sekolah sekitar pukul 13.00 siang. Adikku, Kayla, tidak ikut tapi berpesan pada ibu untuk membelikkanya sesuatu. Aku menjaga warung sambil bermain gadget dan mendengarkan musik. Lama-kelamaan, aku diserang kebosanan. Sambil iseng, aku mengamati keadaan sekitar. Aku terpaku sejenak melihat hal menarik yang ku temukan ditembok.
Ada ratusan pasukan semut hitam yang berjalan beriringan di tembok, memanjang tanpa putus. Aku mengamatinya dengan seksama.
Kayla yang bingung melihatku, mendekati dan bertanya padaku apa yang terjadi.
"Kakak ngapain?" tanya Adikku bingung. " Liat apasih? Serius banget."
"Tuh!" aku menunjuk ke arah dinding tembok. "Kamu lihat kan? Ada pasukan semut hitam. Tandanya, kakak bakal dapat uang." jawabku senang.
" Masak sih? Emang bener apa?" kata Adikku tidak percaya. "Apa hubunganya semut hitam sama dapat uang?"
" Ya sudah kalau kamu tidak percaya. Tapi kakak pernah denger mitos itu." kataku cuek. Aku berlalu begitu saja meninggalkan Adikku yang masih bingung.
***
Tak terasa aku sudah menjaga warung selama kurang lebih empat jam. Entah sudah berapa artikel online yang kubaca di gadget. Dan tiba-tiba Om Bambang datang ke warungku.
" Diah nggak sekolah? " tanyanya.
" Nggak om, lagi sakit." jawabku singkat.
"Sakit apaan? " tanya dia bingung.
" Itu, alergi kambuh. Salah makan." jawabku menjelaskan.
" Oh, ya sudah. Ini buat kamu." katanya sambil memberikan uang Rp. 100.000,-. " Buat jajan di sekolah." tambahnya.
Aku tersenyum girang. " Oh iya Om, makasih."
Aku memamerkan uang pemberian Om Bambang ke Adikku.
"Bener kan kata kakak tentang pasukan semut hitam. Kakak dapat uang sekarang." kataku bangga. "Kamu jangan minta ya, inget!"
Aku tersenyum kecut. "Yah kakak, traktir makanan deh minimal. Pelit amat!"
Aku berpikir. "Baiklah, jangan macem-macem tapi!" kataku memperingatkan.
"Sip! " kata Adikku girang.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar