Translate

Minggu, 30 Oktober 2016

Review Drama I Remember You : Analisa Psikologis Lee Min, Posesif dan Brother Complex

Hello Chingu… Udah lama yaa, gue nggak memposting di blog ini. Sebenarnya sih banyak yang pengen gue tulis, tapi tiap mau posting, otak gue entah kenapa tiba-tiba macet, jadi hilang deh insprirasinya. Tapi kali ini, tangan gue udah gatel banget nih ingin menuliskan isi kepala gue ini tentang drama yang super daebak. Judulnya I Remember You atau juga dikenal sebagai Hello Monster. Castnya sih kalian pasti udah pada kenal semua. Ada Seo In Guk yang berperan sebagai seorang profiler bernama Lee Hyeon dan Jang Na Ra yang berperan sebagai detektif Cha Ji Ahn. Tapi postingan gue kali ini, nggak akan terlalu membahas tentang mereka. Lah trus bahas siapa dong? Mereka kan pemeran utamanya? Penasaran kan?! Untuk warning aja, postingan gue kali ini bakal spoiler banget. Jadi bagi yang pengen tetep penasaran sama akhirnya, jangan scroll kebawah-bawah yaa. Oke?! xD

Awalnya nih yaa, boro-boro tertarik buat nonton drama ini. Liat posternya aja gue udah nggak suka. Alasannya sih sederhana, agak aneh sebenarnya kalo dipikir. Gue nggak suka karena drama ini ada Jang Na Ra. Heol! Gue gak juga habis pikir kenapa bisa begitu. Bukan benci atau apa, gue cuma agak kesel karena sebagai guru Jung In Jae, gue melihat dia lebih sering daripada Go Nam Soon dan Park Heung Soo di School 2013. Yah itu yang agak bikin frustasi sebenarnya.

Tapi setelah gue pikir lagi, drama ini mungkin akan menarik karena ada unsur crimenya, dengan pembunuhan, polisi, detektif dan tentunya teka-teki yang mesti dipecahkan. Karena Sherlock Holmes dan Detective Conan, cerita seperti itu selalu dan akan selalu mempunyai daya tarik yang kuat sama gue. Buat gue, susah banget buat nggak kepo, se-nggak menarik apapun cast-nya. Alasan lain? Hmm mungkin karena aku pikir drama ini bakal jadi drama noona dongsaeng. Secara Seo In Guk usianya lebih muda dari Jang Na Ra. Tapi gue rasa, kalau dibandingkan dengan I Hear Your Voice, gue kira ini bukan drama yang seperti itu.

Seperti biasa, gue selalu membaca sinopsisnya sebelum memberi DVD. Gak ada yang spesial dari drama ini ketika gue membacanya. Tapi membaca dan menontonnya langsung adalah hal yang sangat berbeda. Ketika membaca, gue berpikir kalau Hyeon dan Ji Ahn adalah couple yang cute. Karena itu gue cukup mengikuti dan mendukung hubungan mereka. Tapi saat menonton, bukan Lee Hyeon atau Cha Ji Ahn yang menarik perhatian. Tapi Lee Min, adik Lee Hyeon yang diperankan oleh Park Bo Gum.

Dari awal drama, mudah sebenarnya menebak kalo Pengacara Jung Soon Ho adalah Min yang sebenarnya. Terlalu mudah malah, terlalu banyak petunjuk. Jadi gue pikir, bukan itu sebenarnya teka-teki yang ingin di tunjukkan screenwriter untuk dipecahkan penonton. Ketika menonton, gue merasa kalau SW-nim bukan meminta kita untuk menemukan Min, tapi untuk memikirkan apa alasan Min melakukan semuanya. Membunuh, berganti identitas dan menyembunyikan siapa dia sebenarnya dari kakaknya, pasti ada alasan di balik semua itu. Tapi untuk itu kita harus mengenal dulu SIAPA SIH SI MIN ITU? dan GIMANA SIH KELUARGANYA? Untuk itu, cekidot... Ayo kita bahas sampe tuntas! xD 

Kalau dilihat dari latar belakang keluarga, Min itu cuma anak biasa tumbuh dalam keluarga baik-baik dan mapan. Semuanya normal bagi Min sebelum ibunya meninggal dengan mengenaskan. Dia tetep terlihat bahagia. Bahkan seperti gak ada yang berubah bagi Min ketika ibunya meninggal tepat didepan matanya. Tetapi Min bukanlah Min yang sama setelah kejadian itu. Kalau dipikir, agak aneh sebenarnya tentang reaksi Min pas waktu ibunya terbunuh.

Okelah, dia nggak menghampiri jasad ibunya karena takut melihat banyak darah, tapi anehnya dia juga tidak menangis sama sekali. Nah justru, waktu hyungnya bangun dari pingsan, dia cuma terlihat sangat lega karena hyungnya tidak apa-apa. Dia hanya berterima kasih karena hyungnya telah menyelamatkannya dari orang jahat, sama sekali tidak menyebut kalau orang jahat itu telah membunuh ibu mereka.

Entah kenapa, gue berpikir dia tidak terganggu sama sekali dengan kepergian ibunya. Buat anak yang paling gede delapan tahun, Min udah nggak bisa dibilang normal. Mungkin dia berpikir selama dia memiliki hyungnya, semua akan baik-baik saja. Dia mungkin merasa cukup hanya dengan memiliki hyungnya. 

Sikapnya yang hampir tanpa reaksi saat kepergian ibunya berbanding terbalik ketika Ayahnya menjauhkannya dari Hyeon karena berpikir Hyeon seorang monster. “Appa mengambil Hyung.”,” Appa ingin menjauhkan Hyung dariku.”, Min selalu mengulang kata-kata yang sama dengan gurat kekesalan pada ayahnya. Min pasti tidak menyangka ucapan pada ayahnya untuk tidak mempercayai hyungnya akan berakibat fatal. Dia jelas kesepian ketika Hyeon yang ada beberapa meter darinya, tetapi tidak lagi bisa menemani bermain.

Banyak scene yang menunjukkan kalau Min, dari segi apapun lebih dekat dan lebih bergantung dengan Hyungnya daripada ayahnya. Dan begitu pula dalam hal mempercayai. Tapi kurang tepat jika dibilang Min membenci ayahnya. Perasaan Min lebih cenderung dingin dan tidak peduli pada ayahnya. Kita semua tahu, kalau Min ingin membunuh Lee Joon Young karena telah berbohong padanya tentang perasaan hyungnya. Hyung yang sebenarnya tidak pernah meninggalkannya dan selalu mencarinya. Tak pernah sekalipun Min menyebut kalau alasan dia ingin membunuh Joon Young adalah untuk ayahnya. Bahkan Min hanya berkata “Ah!” singkat saat mendengar kasus seseorang yang ingin membalas dendam kepada ayahnya. Itu menunjukkan kalau dia sangat kurang excited terhadap hal lain selain hyungnya.

Perasaan ditinggalkan, perasaan sepi dan sendiri itu akhirnya tumbuh dalam diri Min selama dua puluh tahun. Saat hyung yang baginya adalah segalanya pergi tanpa pernah mencarinya, Min hanya merasa dunianya telah hancur. Satu-satunya yang dia inginkan adalah hyungnya disampingnya, mengurusnya, dan berbagi rahasia dengannya. Min hanya menginginkan hyungnya, tapi ia terluka karena bagi hyungnya dia bahkan bukan hal penting untuk dicari atau sekedar diingat.

Mungkin karena itu dia melakukan segalanya untuk menarik perhatian hyungnya. Min hanya ingin hyungnya tahu bahwa apa yang telah dia lakukan, semua pembunuhan itu, adalah kesalahan hyungnya. Kesalahannya hyungnya karena tidak menjaganya, kesalahannya hyungnya karena tidak berada disisinya untuk mencegahnya melakukan perbuatan itu, dan kesalahan hyungnya karena telah membuatnya begitu merasa hancur karena meninggalkannya sendirian. Min merasa semua terasa salah saat hyung-nya pergi. Dan dia membenci perasaan itu. Dia menginginkan semua seperti dulu. Saat dia hanya bergantung pada hyungnya dan saat hyungnya hanya melihatnya dan menyayanginya lebih dari siapapun.

Pembunuhan itu hanya satu-satunya cara yang dipikirkan Min saat rasa marah dan rindunya bercampur aduk menjadi satu. Min mungkin sangat cemas akan pikiran buruknya sendiri bahwa hyungnya mungkin saja hidup lebih baik dan bahagia tanpa dia, bahwa hyungnya mungkin tak menginginkannya lagi sebagai adiknya.

Pikiran buruk bahwa hyungnya akan meninggalkannnya lagi membuat dia merasa perlu untuk mengikat hyung-nya dengan rasa bersalah karena telah membuatnya hancur dan menjadi pembunuh. Min merasa yakin bahwa dengan cara itu rasa bersalah yang dia buat akan membuat hyung-nya berada disisinya dan tidak pergi lagi.

Min mungkin tidak tahu bahwa perasaan takut kehilangan, rasa sayang dan cintanya telah berubah menjadi obsesi. Dan semua pembunuhan itu dilakukan karena, semarah dan sebenci apapun dia pada hyungnya, dia tidak akan sanggup membunuh hyungnya. Dia tidak peduli walaupun nanti jika kejahatannya terungkap hidupnya akan hancur dan dia akan dianggap psikopat. Ia hanya berpikir untuk melukai orang yang seperti hyungnya, yaitu orang yang meninggalkan orang lain. Dengan melukai orang-orang itu, Min mungkin berharap hyungnya bisa merasakan sakit yang selama ini dia pendam seorang diri.

Tentang quote favourit, ada satu quote yang menurut gue keren banget. Itu scene saat Min sekarat hampir mati dan dia bilang gini, "Selama dua puluh tahun, aku mencarimu, membencimu, dan hanya merindukanmu. Selama dua puluh tahun kau adalah segalanya bagiku." Pas adegan itu gue berasa jlebb gitu. Sumpah sedih ngena banget. :(

Mungkin itu aja yang bisa gue bahas tentang psikologis Min. Gue sendiri nggak yakin dengan Happy Ending terbaik untuk Min itu seperti apa. Tapi terlepas kejahatan apapun yang dia lakukan, dia itu manis banget dengan Brother Complex-nya itu. Gue berharap dia akhirnya bersama hyungnya. :)

Lain kali mungkin gue bakal bahas tentang noona dongsaeng relationship antara Lee Kwang Soo sama Song Ji Hyo. Sumpah, gue penasaran banget sama mereka. Jujur, gue pikir hubungan mereka lebih cute dari Monday Couple. So, tunggu yaa postingan selanjutnya. Annyeong... ^^

Minggu, 10 Januari 2016

Sherlock Holmes’s Best Man Speech

Posting ini gue persembahkan bagi kalian yang jatuh cinta sama Sherlock Holmes versi serial televisi BBC. Dan gue persembahkan pula buat yang ngefans berat sama Benedict Cumberbatch si Holmes unyu dan sahabat terbaiknya Martin Freeman, si dokter paling baik dan sabar sejagat raya. Semoga kalian bisa hidup bahagia bersama dan selamanya. Eh... Maksud gue sama pasangan masing-masing. Watson aja lebih tepatnya. Soalnya Holmes mah udah jelas berniat jadi jones buat selamanya. Tolong banget buat Holmes, jangan ganggu Watson lagi yaa, doi udah nikah sekarang. Dan Watson, gue tau pesona Holmes itu gede banget tapi abaikan saja dia, okey? He’s ridikulous man, right? Dan terakhir, posting ini buat kalian penasaran sama Best Man Speech-nya Holmes pas pernikahan Dr. John Watson sama Mary Morstan, kalian bisa liat disini selengkapnya. Full tanpa flashback. Di jamin nangis deh, terharu pokoknya.

Warning for typo(s) dan sorry banget kalau translatenya menurut kalian kurang pas.

No copas okay :)

So, cekidot xD Comment, please?!

“John Watson. My friend, John Watson. John. When John first broached the subject of being best man, I was confused. I confess at first I didn’t realise he was asking me. When finally I understood, I expressed to him that I was both flattered and… surprised. I explained to him that I’ve never expected this request and I was a little daunted in the face of it. I nonetheless promised that I would do my very best to accomplish a task which was, for me, as demanding and difficult as any I had ever contemplated. Additionally, I thanked him for trust he’d placed in me. And indicated that I was, in some ways, very close to being… move by it. It later transpired that I had said none of this out loud.

“Hmm, I’m afraid, John, I can’t congratulate you. All emotions, and in particular love, stand opposed to the pure cold reason I hold above all things. A wedding is, in my considered opinion, nothing of short of  a celebration of all that is false… and specious thing… and irritational… and sentimental in this ailing and morally compromised world. Today we honour the death-watch beetle that is the doom of our society, and in time one feels certain our entire species. But anyway, lets talk about John.

“If I burden myself with a litte help-mate during my adventures, it is not out of sentiment or caprice. It is thas he has many fine qualities of his own that he has overlooked in his obsession with me. Indeed, any reputation I have for metal acuity and sharpness comes, in truth, from the extraordinary contrast John so selflessly provides. It is a fact, I believe, that brides tend to favour exceptionally plain bridesmaids for their big day. There is certain analogy there, I feel. And contrast is, after all, God’s own plan to enhance the beauty of his creation or it would be if God were not a ludicrous fantasy designed to provide a career opportunity for the family idiot.

“The point I’m trying to make is that I am the most unpleasant, rude, ignorant, and all-round obnoxious arshole that anyone could possibly have the misfortune to meet. I am dismissive of the virtuous, unaware of beautiful, and uncomprehending in the face of happy. So if I didn’t understand I was being asked to be best man, it is because I never expected to be anybody’s best friend. Certainy not the best friend of the bravest… and kindest… and wisest human being I have ever had the good fortune to knowing.

“John, I am a ridiculous man, redeemed only by the warmth and constancy of your friendship. But, as I’m apparently your best friend, I cannot congratulate you on your choice of companion. Actually, now I can. Mary, when I say you deserve this man, it is the highest compliment of which  I am capable. John, you have endured war, and injury, and tragic loss… so sorry again about the last one… So now this, today, you sit between the woman you have made your wife and the man you have saved. In short, the two people who love you most in all this world. And I know I speak for Mary as well when I say we will never let you down, and we have a lifetime ahead to prove that.”

Terjemahan ke Bahasa Indonesia :

“John Watson. Sahabatku, John Watson. John. Saat John memulai pembicaraan tentang menjadi Best Man (sahabat terdekat pengantin pria yang yang berbicara di hari pernikahan), aku merasa bingung. Aku mengakui kalau diawal aku tidak yakin dia benar-benar memintaku melakukannya. Ketika akhirnya aku mengerti, aku menunjukkan padanya bahwa aku cukup tersanjung dan terkejut. Aku menjelaskan padanya bahwa aku tak pernah mengharapkan permintaan ini dan aku sedikit menakutkan ketika mengatakannya. Aku, meskipun begitu, telah berjanji bahwa aku akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan tugas ini, yang bagiku, merupakan permintaan tersulit yang pernah ku ingat. Selain itu, aku berterima-kasih padanya untuk kepercayaan yang dia berikan padaku, sebuah tanda bahwa aku, dalam banyak hal, nyaris luluh olehnya. Hal itu berlangsung belakangan dan aku katakan tak ada satupun yang mencolok.

“Hmm, aku takut, John, aku tak bisa memberikan ucapan selamat padamu. Segala emosi, dan terutama cinta, berlawanan semata-mata pada alasan kejam yang aku genggam di atas segalanya. Sebuah pernikahan, dalam pertimbanganku,  tak lebih dari perayaan singkat yang semuanya tidak tepat… dan terlihat benar, namun sama sekali tidak…dan menjengkelkan… dan sentimental pada dunia yang sakit-sakitan dan penuh kompromi moral. Hari ini kita mendapat kehormatan untuk melihat kematian kumbang secara langsung, yang mana merupakan sebuah malapetaka bagi masyarakat kita, dan pada saatnya menjadi sebuah keyakinan pada seluruh spesies kita. Dan ngomong-ngomong, mari kita bicara tentang John.

“Jika aku menyusahkan diri sendiri dengan menyertakan seorang teman yang hanya memberikan sedikit bantuan pada petualangan-petualanganku, itu bukan sebuah luapan perasaan ataupun perubahan pemikiran secara tiba-tiba. Itu karena dia memiliki kualitas yang sangat baik dalam dirinya, tentu dengan mengabaikan obsesinya padaku. Tentu, banyak reputasi yang aku peroleh untuk ketajamanku, dan sebenarnya, dari perbedaan yang sangat luar biasa, John, tanpa mementingkan diri sendiri berhasil membuktikannya. Ini sebuah fakta, yang aku percaya, bahwa pengantin-pengantin dengan kecenderungan mengharapkan karunia, secara luar biasa, membuat gadis pengiring pengantin terlihat kurang menarik pada hari besar mereka. Ada analogi yang jelas disini, kurasa. Dan yang paling membedakan, setelah semuanya, takdir untuk meningkatkan keindahan ciptaan-Nya… atau itu mungkin terjadi jika Tuhan tidak dalam rancangan fantasi menggelikan untuk menyediakan kesempatan karir bagi keluarga yang bodoh.

“Inti dari yang ingin ku katakan, aku adalah orang yang paling tidak menyenangkan, kasar, bodoh, dan brengsek paling menjengkelkan yang di temui oleh orang-orang tidak beruntung. Aku telah jauh dari keluhuran budi, tak pernah menyadari keindahan, tak memahami apa itu kebahagiaan. Jadi, jika aku tidak mengerti mengapa aku diminta untuk menjadi Best Man, itu karena aku tak pernah berharap untuk menjadi sahabat siapapun. Dan pastinya bukan menjadi sahabat orang paling berani… paling baik… paling bijak, yang dengan keberuntungan aku kenal.

“John, aku ini orang sinting, yang dapat terselamatkan hanya dengan kehangatan dan keteguhan hati persahabatanmu. Tapi, sebagai sahabatmu, aku tak bisa memberimu ucapan selamat atas pilihanmu pada pertemanan kita. Sebenarnya, aku bisa sekarang. Mary, saat aku berkata kamu pantas untuk pria ini, itu merupakan pujian tertinggi yang mampu aku berikan. John, kau telah memikul penderitaan akibat perang, and luka-luka, dan kehilangan yang menyedihkan… maaf tentang yang terakhir… Lalu saat ini, hari ini, kau duduk diantara wanita yang kau jadikan istri dan pria yang telah kau selamatkan. Singkatnya, dua orang yang paling mencintaimu di dunia ini. Dan kini, dengan tulus kukatakan pada Mary, kita tak akan membiarkanmu sedih, dan kita punya banyak waktu untuk membuktikannya.”