Cast 5 orang:
Winda sebagai model
Zahra sebagai dokter spesialis tulang
Khansha sebagai dokter spesialis tulang
Ashma sebagai manager Winda
Diah sebagai kepala administrasi rumah sakit
Winda adalah seorang model. Dia model yang hebat dan sedang berada dipuncak karier. Suatu hari dia kecelakaan mobil. Dia pun dibawa kerumah sakit. Saat kecelakaan, dia mengalami benturan keras dikepala dan pergeseran tulang kaki. Karena sebulan lagi Winda akan mengikuti traning untuk kontes model Internasional perwakilan Indonesia, maka Ashma selaku manager meminta pada pihak rumah sakit untuk menugaskan seorang dokter spesialis untuk merawat Winda secara intensif. Hanya ada 3 dokter spesialis tulang dirumah sakit itu, yaitu Zahra, Khansha dan satu yang sedang cuti karena sedang hamil besar. Khansha dan Zahra bekerja secara bergantian. Dan ketika kecelakaan Winda terjadi, saat itu merupakan bagian tugas Zahra. Jadi Winda merupakan salah satu pasien tanggung-jawab Zahra. Winda menunjukkan ketidaksukaan ketika bertemu Zahra dan meminta Diah selaku pihak rumah sakit untuk menggantinya, tapi Diah menolak.
Saat ingin diperiksa, Zahra bertanya kenapa Winda jadi suka mabuk-mabukan karena dulu ketika mereka berteman Winda pernah bilang kalau dia sangat membenci orang yang sedang mabuk. Winda meminta Zahra untuk tidak usah sok mengkhawatirkan dia. Karena bukannya dulu ketika SMA Zahra yang bilang kalau Zahra nggak pernah mengenal apalagi berteman sama dia. Zahra dulu juga bilang kalau Winda aneh. Zahra minta maaf dia bilang dia punya alasan. Tapi Winda nggak mau dengerin dan bilang dia nggak punya keinginan untuk berteman lagi. Dia lalu meminta Zahra memeriksanya dengan cepat karena dia mau istirahat. Tapi itu cuma alasan karena sebenarnya dia nggak mau ngelihat Zahra.
Saat Zahra udah pergi, Ashma datang dan bilang kalau dia abis ke kantor polisi dan mengatur supaya kepolisian bilang kalau Winda kecelakaan karena mengantuk saja bukan karena mabuk. Jadi, Winda nggak perlu khawatir kalau dia akan punya surat catatan kepolisian. Selain itu, dia juga sudah mengurus korban dan bilang kalau korban tidak mengalami luka serius. Dia juga bilang kalau dia udah ke petinggi rumah sakit dan meminta mereka merahasiakan kondisi Winda yang sebenarnya dari media. Winda cuma melihat sambil mengangguk-angguk dan menyuruh Ashma pergi. Ashma sebenarnya kesal tapi dia bersikap pura-pura manis dan pamit pergi.
Zahra terlihat sedih dengan sikap Winda. Khansha dateng dan bertanya kenapa zahra sedih. Zahra pun cerita semuanya sama Khansha kalau sebenarnya Winda itu sahabatnya dulu. Tapi hubungan mereka memburuk saat SMA. Zahra merasa bersalah karena sikapnya dulu dan sekarang ingin minta maaf. Tapi Winda menolak. Dia bilang nggak mau punya keinginan untuk berteman lagi. Zahra ngerasa hancur dengan ucapan Winda. Winda nanya emang apa masalahnya sampai mereka saling menjauh. Zahra bilang kalau dia dulu bersikap sangat egois. Karena dulu dia rela mengorbankan persahabatannya demi mementingkan pendidikan dan karier.
Zahra cerita kalau dulu dia dan Winda satu sekolah. Mereka sangat dekat hampir seperti saudara. Tapi sejak orang tua Zahra meninggal, dia terpaksa tinggal dengan pamannya. Pamannya yang hidup pas-pasan tak mampu menyekolahkan Zahra diSMP lamanya yang elite. Akhirnya Zahra masuk sekolah umum. Sejak saat itu, mereka tak pernah lagi bertemu. Saat SMA, Zahra terkejut ketika Winda juga masuk SMA umum yang sama dengannya. Tapi pertemuan mereka berlangsung dingin. Mereka seolah tak saling mengenal satu sama lain. Zahra bilang kalau dia sebenarnya pingin banget menyapanya Winda seperti dulu. Tapi dia nggak bisa. Sampai sekarang Zahra masih nyesel karena dia nggak ngakuin Winda didepan teman-temannya kalau mereka bersahabat.
Khansha mendengar Zahra seksama. Dia bilang kalau dia ngerti perasaan Zahra. Dia mencoba menghibur Zahra dengan mentraktirnya makan di kantin rumah sakit. Zahra setuju dan mereka pun pergi ke kantin bersama-sama.
Winda yang sangat suntuk berada di ruang perawatan sendirian memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman. Di tengah perjalanan Winda ketemu Diah, dan Diah mencoba mengantarnya. Tapi Winda menolak. Diah bilang ke Winda kalau sekarang Winda bisa memilih siapa dokter terbaik yang menanganinya. Tapi Winda hanya mengucapkan terima kasih dan berlalu pergi.
Untuk ke taman, Winda harus melawati kantin rumah sakit. Disana dia ngeliat Zahra yang lagi bercanda sama Khansha. Mereka terlihat bersahabat dengan dekat. Winda yang melihatnya menjadi marah dan kembali ke ruang perawatannya.
Saat selesai makan dikantin, Khansha dan Zahra ketemu sama Diah. Diah mengajak mereka berdua ke ruangannya. Diah bilang kalau dia akan mengangkat salah satu dari mereka berdua sebagai dokter tetap dirumah sakit. Jadi, mereka berdua harus bersaing mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Dan persaingan mereka itu ditentukan oleh Winda, karena Winda adalah pasien istimewa rumah sakit ini. Siapapun yang dipilih oleh Winda dan mampu menyembuhkannya dengan cepat maka akan menjadi pemenang. Zahra sudah pasrah kalau pasti dia bakal kalah.
Ashma menemui Winda lagi dan meminta Winda menandatangani kontrak menjadi bintang iklan. Winda yang sedang malas menandatanginya tanpa membaca. Saat itu, Diah, Khansha dan Zahra juga datang menemui Winda. Diah nanya ke Winda siapa dokter spesialis yang dipilih Winda. Sesuai dugaan kalau Winda memilih Khansha. Khansha meminta maaf pada Zahra, tapi Zahra bilang kalau dia mengerti. Zahra memberikan catatan medis Winda pada Khansha. Diah lalu menyuruh mereka semua keluar agar Khansha sebagai dokter Winda yang baru bisa memeriksa pasiennya.
Semua tidak tahu kalau Winda sedang merencanakan hal buruk sama Khansha. Saat semua sudah keluar, Winda meminta Khansha untuk melatihnya berjalan. Khansha awalnya menolak, karena dari catatan medisnya, kaki Winda belum pulih walaupun perbannya sudah dibuka. Tapi Winda bersikeras kalau kakinya kuat dan dia ingin sembuh secepatnya. Akhirnya, Khansha pun melatih Winda belajar berjalan. Winda berlatih berkali-kali sampai jatuh bangun. Khansha menyuruhnya berhenti karena dia akan pergi. Winda menurut. Tapi ketika Khanshq telah pergi Winda kembali latihan berjalan sendiri. Winda jatuh berkali-kali saat latihan. Lama-kelamaan kakinya tidak kuat untuk berdiri. Dia menjerit kesakitan.
Saat itu, Zahra datang menolong. Ashma yang datang menemui Winda kaget karena kaki Winda kembali diperban. Ashma yang tidak terima menemui Diah selaku pihak rumah sakit dan menyatakan komplain. Diah pun menelpon Khansha untuk datang kerumah sakit. Ashma menyudutkan Khansha kalau Khansha lengah sebagai dokter. Tapi Khansha bilang kalau dia tidak bersalah. Dia sudah menyuruh Winda berhenti berlatih tapi Winda tidak mendengarnya. Khansha menyuruh Ashma bertanya sendiri sama Winda tentang kebenarannya.
Semua menunggu jawaban Winda. Khansha terkejut waktu Winda bilang Khansha lah yang menyebabkan ini semua. Dia menyuruhnya berlatih keras agar cepat sembuh. Winda juga bilang kalau dia sebenarnya sudah lelah berlatih tapi Khansha bilang ketika Khansha kembali dia akan mengecek keadaan Winda. Khansha akan tahu kalau sebenarnya Winda tidak berlatih.
Khansha menatap Winda tidak percaya. Dia menuduh Winda berbohong sama semua orang. Tapi Winda bersikeras kalau tak ada untungnya dia berbohong. Winda meminta Diah untuk memecat Khansha karena Khansha telah mencoba mencemarkan nama baiknya. Diah yang lebih percaya Winda mengajak Khansha berbicara. Khansha mencoba meyakinkan Diah kalau Winda berbohong. Tapi Diah bilang itu nggak mungkin. Karena Winda pasti nggak ingin ditangani sama Zahra. Khansha tetap menyangkal tapi Diah nggak percaya. Diah bilang kalau dia akan membatalkan pengangkatan Khansha sebagai dokter tetap, dan bahkan Diah mempersilahkan Khansha untuk mencari pekerjaan ditempat lain. Khansha sangat sedih. Zahra yang mendengar percakapan mereka menjadi tidak enak. Zahra tahu bahwa dia yang akan diuntungkan dengan kejadian ini.
Zahra pergi menemui Winda diruangannya. Tapi Winda nggak ada. Setelah mencari beberapa saat akhirnya dia menemukan Winda di taman. Winda yang melihat Zahra mencoba melarikan diri. Tapi usahanya sia-sia dengan kakinya yang terluka. Zahra bertanya kenapa Winda berbohong. Winda awalnya mengelak, tapi Zahra bilang kalau dia tahu yang sebenarnya. Winda akhirnya ngaku kalau dia berbohong. Zahra nanya emangnya Khansha salah apa sama Winda. Kenapa Winda ngelakuin ini. Apa Winda nggak sadar kalau Khansha bisa salah paham sama Zahra dengan kejadian ini. Persahabatanya bisa hancur dan Khansha bisa membenci Zahra. Zahra bilang kalau Winda benci dia seharusnya Winda hanya benci dia aja dan jangan menyeret Khansha ke dalam masalah mereka.
Winda bilang kalau memang itu yang dia inginkan. Dia ingin menghancurkan persahabatan Zahra dan Khansha sama seperti persahabatannya dulu dengan Zahra. Dengan sinis Winda bilang kalau dia heran masih ada yang mau bersahabat sama Zahra karena Zahra adalah orang yang mampu membuang sahabat sesukanya. Winda mengingatkan Zahra yang membuangnya dulu. Zahra bilang kalau itu bukan keinginannya. Dan dia terpaksa melakukannya karena situasi yang sulit saat itu. Winda marah, dia bilang seharusnya disaat situasi sesulit apapun harusnya Zahra datang menemuinya bukan justru meninggalkannya karena mereka sahabat. Zahra diam, dia tak menyangka Winda masih menganggapnya sahabat.
Lama hening, akhirnya Winda bertanya kenapa Zahra ninggalin dia. Kenapa Zahra nggak ngasih kabar kalau dia pindah sekolah dan ngasih tahu alamatnya yang baru.
Zahra bilang kalau akan semakin berat baginya untuk meninggalkan sekolah kalau dia ketemu Winda.
Winda nanya trus ketika mereka satu SMA kenapa Zahra diemin dia? Kenapa Zahra ikut-ikutan jauhin dia kayak anak lain?
Zahra bilang kalau dia minta maaf. Dia minta maaf karena dia tak mengakui Winda sebagai sahabatnya dulu. Zahra bilang kalau anak-anak lain ngejauhin dia karena mereka iri sama Winda yang seorang model. Tapi Zahra bilang kalau dia ngejauhin Winda saat itu karena dia takut kalau bersama Winda akan membuatnya lupa belajar. Zahra tahu kalau dia bukan anak orang kaya lagi sejak orang tuanya meninggal dan hartanya diambil untuk membayar utang perusahaan. Saat itu, dia benar-benar membutuhkan beasiswa karena pamannya bilang kalau dia tak sanggup membiayai kuliahnya.
Winda sedih mendengar cerita Zahra. Dia nggak nyangka kalau Zahra mengalami hidup yang sangat sulit. Zahra bilang kalau dia udah cerita semua, dan dia nggak maksa Winda untuk maafin dia. Tapi, Zahra bilang dia harus membantu Winda balik ke ruangannya sekarang karena cuaca mulai mendung. Ketika kembali diruangannya, Zahra membantu Winda beristirahat. Saat mau pergi, Winda bilang kalau dia ingin mereka bersahabat lagi kayak dulu. Dan kali ini, mereka harus saling jujur satu sama-lain. Karena perpisahan cuma akan menyakiti mereka berdua. Zahra setuju dan dia tersenyum senang menatap sahabatnya.
Khansha berjalan dengan tatapan kosong. Dia lalu duduk dibangku taman dan memikirkan kejadian tadi. Dia merasa kariernya sudah hancur. Saat itu Ashma dateng dan bertanya kalau Winda pasti benci banget sama Winda. Ashma mengajak Khansha untuk ikut rencananya buat bales dendam sama Winda. Khansha bingung dan bertanya ke Ashma bukannya Ashma managernya Winda? Ashma bilang kalau dia juga benci sama Winda. Ashma bilang kalau Khansha kalau untuk menyukseskan rencananya dia harus nyerahin catatan medis Winda ke Diah selaku pihak rumah sakit. Ashma juga meminta Khansha untuk mengganti nomor telepon karena setelah ini pasti banyak yang akan menemuinya. Khansha bingung tapi dia setuju melakukannya.
Besoknya Khansha menemui Diah menyerahkan catatan medis para pasien yang ditanganinya ke Diah sekaligus menyerahkan surat pengunduran diri dari rumah sakit. Diah bilang kalau dia nyesel semua harus seperti ini. Diah menanyakan rencana Khansha selanjutnya. Winda bilang kalau dia akan buka praktek sendiri dirumahnya. Diah senang mendengarnya. Dia bilang praktek Khansha pasti sukses karena Khansha adalah dokter yang baik. Khansha mengucapkan terima kasih lalu pamit pergi.
Diah lalu menelpon Zahra, meminta Zahra menemuinya. Zahra lalu keruangan Diah. Diah menyerahkan catatan medis Winda ke Zahra. Diah bilang kalau sekarang Winda merupakan tanggung jawab Zahra. Diah meminta Zahra untuk memperbaiki hubungannya dengan Winda karena dokter dan pasien harus bekerja sama. Zahra tersenyum. Dia bilang kalau dia sudah melakukannya. Diah bertanya benarkah? Diah tertarik mendengar apa masalah diantara mereka berdua sebenarnya. Zahra bilang kalau itu hanya kesalahpahaman dimasa lalu dan sekarang mereka berdua kembali bersahabat. Diah tersenyum tapi tak bertanya lebih lanjut. Zahra pamit pergi karena dia harus mengecek keadaan Winda. Diah mempersilahkan.
Tak lama Diah mendapat kabar dari telepon kalau korban yang tertabrak Winda baru saja meninggal. Diah kaget dan langsung ketempat korban. Zahra yang sedang mengecek keadaan Winda dikejutkan dengan Diah yang datang. Dengan wajah sedih, Diah mengabarkan kalau korban yang Winda tabrak meninggal dunia. Diah meminta Winda tetap tenang, belum ada bukti-bukti menunjukkan kalau korban meninggal karena kecelakaan itu. Tak lama Diah lalu pamit lagi karena dia harus menemui pihak kepolisian. Saat Diah keluar, Ashma masuk. Dia bilang kalau diluar banyak sekali wartawan yang penasaran tentang kebenaran foto-foto catatan medis Winda di media sosial. Catatan medis tersebut menyebutkan kalau Winda merupakan seorang alcoholic. Wartawan-wartawan itu bertanya apakah kecelakaan itu terjadi karena Winda mabuk bukan karena mengantuk seperti yang diberitakan selama itu. Ashma juga bilang kalau Winda nggak perlu khawatir akan ditetapkan sebagai tersangka selama proses autopsi mayat berlangsung.
Winda mencelos mendengar kata tersangka. Zahra bertanya sama Ashma apakah nggak ada jalan keluar lagi? Ashma bilang kalau nggak mungkin korban meninggal karena hal lain. Mereka tinggal tunggu hasil autopsi yang menyatakan kalau korban meninggal akibat kecelakaan itu. Ashma bilang kalau dia menyesal semua orang berpikir kalau Winda lah yang telah membunuh korban itu. Winda bertanya sama Ashma bukannya Ashma waktu itu bilang kalau kondisi korban membaik? Kenapa bisa seperti ini. Ashma bilang kalau dia mungkin memberi informasi yang salah dengan kondisi korban saat itu. Zahra mulai merasa curiga.
Tiba-tiba Ashma mendapat telepon dari Khansha yang ngajak ketemuan. Ashma setuju lalu pamit sama Zahra dan Winda. Zahra yang curiga berniat mengikuti Ashma. Zahra meminta bantuan sama Diah untuk menemani Winda karena Winda pasti sedang shock berat. Zahra menceritakan kecurigaannya pada Ashma sama Diah. Diah sebenarnya ingin menemani Zahra tapi dia tak bisa meninggalkan rumah sakit, jadi dia pun bersedia untuk menemani Winda.
Zahra terus mengikuti Ashma dan mereka sampai di taman kota. Selama beberapa saat Ashma seperti sedang menunggu orang. Zahra terkejut ketika yang datang itu Khansha. Dia memutuskan untuk mendengarkan percakapan mereka. Khansha bertanya apa yang udah Ashma lakukan sama si korban? Khansha tahu persis keadaan korban terakhir kali itu baik-baik saja. Bahkan korban diizinkan pulang besok. Ashma meminta Khansha untuk tutup mulut karena mereka sudah sejauh ini. Khansha bilang dia nggak nyangka kalau semua akan menjadi seperti ini. Dia bilang dia tidak punya keinginan menghancurkan Khansha sejauh ini. Winda bilang kalau dia menyesal karena telah membantu seorang pembunuh. Dan Winda bilang dia akan ke Khansha dan mengatakan semua kebenarannya.
Begitu Khansha berbalik, Ashma bersiap menikam Khansha dengan pisau yang dia sembunyikan. Tapi Zahra langsung keluar dan menyelamatkan Khansha dengan memukul punggung Ashma dengan kayu. Sambil menahan Ashma Zahra menyuruh Winda pergi menyelamatkan diri. Khansha lalu menelpon Winda dan bilang Zahra dalam bahaya. Setelah menelpon Winda, Khansha lalu membantu Zahra menghadapi Ashma. Tak lama Winda datang. Zahra kaget dan bertanya kenapa Winda disini. Ashma memanfaatkan Zahra yang lengah untuk menyandera Zahra. Winda meminta Ashma melepaskan sahabatnya. Ashma tertawa dan bilang gimana mungkin orang sombong kayak Winda punya sahabat. Ashma juga mengingatkan Winda tentang bagaimana sikap Winda memperlakukan orang lain selama ini. Ashma bilang kalau selama bertahun-tahun Winda selalu memperlakukan dia seperti seorang kacung. Winda bilang kalau dia minta maaf. Winda minta Ashma ngelepasin Zahra. Tapi Ashma nggak mau, dia mau bikin Winda gila dengan melihat sahabatnya mati dihadapannya. Saat itu, tiba-tiba Ashma meringis kesakitan karena terkena tembakan polisi yang dibawa Diah. Merekapun selamat. Diah lalu mengajak semua kembali rumah sakit.
Diah menyuruh Zahra memperbaiki perban Winda yang rusak sementara dia dan Khansha akan memberi keterangan dikepolisian. Mereka setuju. Setelah selesai memperbaiki perban Winda, Zahra bilang kalau dia pusing sama semua masalah yang ada sejak kedatangan Winda. Zahra bertanya kenapa Winda hidup kayak gini? Kenapa Winda berubah saat mereka berpisah? Winda bilang kalau dia kayak gini karena dia hancur Zahra ninggalin dia.
Winda lalu cerita kalau sejak mereka berpisah dia ngelalui banyak hal berat. Saat kelas dua dia terpaksa pindah karena mamanya ingin Winda fokus pelatihan modelnya. Winda bilang kalau model merupakan cita-cita mamanya sejak dulu dan dia ingin anaknya sukses dan terkenal seperti adiknya. Winda bilang kalau bersyukur karena walaupun dia dan Zahra nggak bersama kayak dulu, dia tahu keberadaan Zahra dan bisa melihatnya setiap hari walaupun Zahra nggak sadar akan keberadaannya. Winda bilang kalau mungkin itu satu-satunya hal yang bisa membuat bertahan ketika mamanya meninggal karena kecelakaan saat Winda dapat kontak pertamanya. Winda bilang kalau dia hampir gila saat itu. Dia merasa kalau menjadi model adalah hal-sia-sia ketika mamanya pergi. Dia merasa kesepian karena orang-orang yang dia sayang satu-persatu pergi. Ayahnya memang mencukupi semua kebutuhannya, tapi dia tak pernah menemui Winda karena sibuk dengan keluarga barunya di Jepang. Saat Winda hampir saja mengancurkan karirnya, dia ingat pesan mamanya untuk menjadi model terkenal apapun yang terjadi. Karena tekad itulah, Winda akhirnya mempunyai karier model seperti ini.
Zahra bertanya trus apa yang membuat Winda menjadi alcoholic? Zahra bilang harusnya Winda sadar mamanya pasti sedih kalau tahu kelakuan Winda yang seperti itu.
Winda bilang kalau dia menjadi seperti itu karena Zahra. Karena Zahra menghilang begitu saja dan pindah kuliah ke luar kota. Winda bilang kalau dia selau mengikuti Zahra setiap pulang sekolah selama dua tahun lebih. Winda bilang kalau dia tahu tempat les Zahra atau tempat manapun yang sering dikunjungi Zahra. Winda cukup merasa senang bisa melihat Zahra saat itu, walaupun cuma dari jauh. Tapi dia seperti hilang arah saat Zahra sekali lagi menghilang dari hidupnya. Winda bilang kalau dia benar-benar merasa kesepian saat itu. Dan dia kesak pada semua orang. Winda bilang kalau itulah sebabnya dia minum-minum. Dia ingin melarikan diri karena benar-benar merasa putus asa. Winda bilang kalau alkohol sudah mempengaruhi tempramennya dan membuatnya cepat marah. Winda menyesal karena dia telah memperlakukan orang dengan sangat buruk ketika dia bahkan dalam keadaan tidak mabuk.